Ustadzah Bilqis duduk di depan kelas, di kursi yang sudah disiapkan oleh petugas piket hari itu, sedangkan Ustadzah Putri memilih duduk di belakang sambil mengawasi anak-anak. Ustadzah Bilqis membuka kelas dengan sedikit kata-kata dan pendahuluan, lalu memerintahkan murid-muridnya untuk melingkar dan memulai lomba menjahit. Anak-anak mengeluarkan sebuah kain dan membuat sebuah lubang untuk kemudian ditambal dengan kain kecil yang lain. Aku kaget, Aku kan tidak belajar untuk menambal kain tadi malam. Pasti hasilnya berantakan, dan…aku tak akan menang! Tapi, Bismillah… Aku berusaha menaklukan tantangan ini.
Semua anak mulai menjahit. Ustadzah Putri dan Ustadzah Bilqis tampaknya sedang sibuk. Aku dan teman-temanku masih menjahit. Supaya tidak terlalu tegang, kami sedikit mengobrol dengan teman. Tak lama kemudian, beberapa anak hampir selesai menjahit. Hanya tinggal satu bagian lagi, aku selesai. Temanku Nifah dan Shafa sudah lebih dahulu menyelesaikan menjahit, bahkan mereka sudah mengumpulkannya pada Ustadzah Bilqis. Selang beberapa menit, Aku pun menyusul dua temanku itu. Ku kumpulkan hasil menjahitku pada Ustadzah Bilqis dan membereskan peralatan menjahitku.
Aku dan kedua temanku yang sudah selesai keluar dari lingkaran dan menuju ke tas masing-masing untuk minum dan beristirahat. Ustadzah Putri mempersilahkan bagi siapa saja yang sudah selesai menjahit untuk minum dan beristirahat di dekat tas masing-masing. Aku, Nifah, dan Shafa sedang asyik minum dan mengobrol. Lima menit kemudian, datang anak lain yang juga baru saja selesai menjahit, namanya Emira. Dia masuk ke dalam kumpulan anak yang sedang santai dan membisikkan sesuatu padaku dan dua temanku,
”Eh,aku yakin Afi nggak bakalan menang. Soalnya kainnya dia itu lho..kumal banget!”.
Shafa menyaut, ”Mmm…menurutku yang dinilai sama Ustadzah itu tingkat kerapian jahitannya, bukan warna atau gambar kainnya. Lagipula, kainnya Afi lumayan bagus tuh, ada gambar boneka kucingnya”.
”Tapi setahuku, Afi itu pintar menjahit. Mana mungkin dia kalah? Jangan sok tahu deh…” kali ini Aku ikut berkomentar.
”Sudah-sudah! ngegosip itu tidak baik!” ujar Nifah mengingatkan kami.
”Oh iya! Astaghfirullah..terima kasih ya Fah sudah mengingatkan” kataku sambil menepuk bahu Nifah.
Karena tidak ada yang mau mendengarkannya, Emira menjauh dan memilih pergi ke kamar mandi. Tak lama kemudian, Zall datang ke kelompok ‘santai’ kami dan mengobrol dengan Shafa. Sedangkan aku tetap asyik mengobrol dengan Nifah, kami membicarakan hewan kesukaan kami dan saling membanggakan hewan kesukaan masing-masing. Sambil terkadang tertawa, mirip pembicaraan saudara kembar tak seiras.
Jam di kelasku menunjukkan pukul 08.30, waktunya lomba diakhiri. Semua temanku pun sudah menyelesaikan menjahitnya. Anak-anak mengambil bekal masing-masing dan beristirahat. Sedangkan Aku dan Nifah sudah selesai beristirahat. Aku meminta Nifah menemaniku ke kamar mandi, kebetulan dia juga ingin ke kamar mandi. Setelah selesai dari kamar mandi, aku menghampiri anak-anak yang masih memakan bekal kudapannya. Sekadar mencari teman mengobrol..Hehe..
Aku mendatangi Satirah dan Fiya, dua anak yang kukenal paling bisa soal menjahit, memasak, dan hal kewanitaan lainnya. Aku bertanya apakah mereka merasa tegang saat lomba tadi. Ternyata,mereka tidak tegang. Kata mereka,
”Tidak menang juga tak apa-apa kan? yang penting happy!”.
Hmm..kata-kata yang bijak!
Semua anak telah menyelesaikan hajat masing-masing, lalu Ustadzah Putri memerintahkan anak-anak untuk duduk berbaris. Ya…kami sudah tahu kalau sebentar lagi, para pemenang lomba akan diumumkan! Aku duduk di barisan terdepan, paling pojok sebelah kiri. Hormon adrenalinku keluar. Aku berbisik kepada Nifah,
”Sepertinya, ada kupu-kupu di dalam perutku” .
”Ih, aku tambah lebih serem Fis..ada hiu putih besar menabrak dadaku seribu kali!” kata Nifah sambil mengelus dada.
Aku mengerti maksud dari perkataannya itu. Maksudnya adalah, jantungnya berdegup sangat kencang, seperti ditabrak oleh hiu putih. Nifah ini ada-ada saja!
Ustadzah Bilqis mengeluarkan tiga kado untuk para pemenang. Jantung kami semakin berdegup kencang. Setelah membuka dengan beberapa kata-kata, Ustadzah Bilqis mengumumkan siapa saja yang menjadi pemenang dari lomba menjahit antar teman ini.
”Juara 3 adalah…Fiya! Silahkan maju ke depan kelas untuk mengambil hadiah di Ustadzah Putri! ” kata Ustadzah Bilqis.
Fiya berdiri, kemudian Ustadzah Putri memberikan kado berwarna kuning bergambar balon pada Fiya. Bentuk kadonya tabung, aku hanya bisa menebak-nebak apa isinya. Ustadzah Bilqis memanggil nama pemenang kedua,
”Juara 2 adalah…Afi! Silahkan mengambil kadonya..”.
Afi mengambil hadiahnya sambil tersenyum. Kali ini warna kadonya sama dengan milik Fiya, hanya saja kini bentuknya kubus.
”Dan inilah, juara 1 kita pada lomba ini.. Satirah! Selamat ya Satirah.. Ambil kadonya di Ustadzah Putri ya..” kata Ustadzah Bilqis lagi.
Satirah maju ke depan untuk mengambil hadiah. Nah, kali ini bentuk kadonya persegi panjang agak lebar. Aku menebak, isi hadiah Fiya adalah botol minum, isi hadiah Afi adalah jam tangan, dan isi hadiah milik Satirah adalah buku cerita. Semoga hadiah yang mereka dapat bermanfaat.
”Selamat ya buat para pemenang.. Nah, ini adalah hari terakhir masuk sekolah kita pada semester ini ya anak-anak.. Kita tutup kelas kita hari ini dengan kafaratul majlis.. Semoga liburan kalian menyenangkan dan bermanfaat!” . Ustadzah Bilqis menutup pembelajaran di kelas enam semester ganjil ini dengan kata-kata yang akan terus Kuingat.
Satu persatu kami bersalaman dengan Ustadzah Putri dan Ustadzah Bilqis. Karena ini hari terakhir masuk sekolah, kami piket bersama-sama.
Selesai piket,kami berhamburan keluar kelas. Aku berjalan bersama Firda, temanku yang berkacamata dan anak dari Ustadzah Bilqis, Afi, Nifah, Zall, dan Shafa. Ketika kami turun, Emira menghampiri Afi dan meminta maaf karena tadi meremehkan Afi dan mengatakan bahwa Afi tak akan menang. Afi memaafkan Emira, kemudian mereka berpelukan. Karena sudah dijemput, Emira berpamitan pada kami dan pulang. Aku mengumpulkan para pemenang lomba menjahit tadi dan memberi mereka masing-masing satu bulpen gel. Dan mereka menerimanya dengan senang. Setelah itu mereka semua pulang. Ayahku memanggilku, rupanya aku sudah dijemput. Kulihat Ibu Nifah juga sudah datang menjemputnya. Kami berpamitan dan saling menucapkan salam.
Hari liburanku berjalan dengan menyenangkan. Lomba menjahit itu menjadi suatu hal yang paling kami ingat selama liburan akhir semester ini. Pembagian hadiah, mengobrol akrab dengan teman-teman, dan bercanda saat lomba menjahit membuat kami selalu mengingat kejadian indah itu. Kenangan indah yang tak mungkin terlupakan. Selain itu, kami juga mendapat pelajaran, yaitu pelajaran menjahit. Sebab itulah, aku dan beberapa teman-temanku membuat karya hasil jahitan kami sendiri untuk mengisi waktu luang saat liburan. Aku juga membuat karya jahitan sendiri, salah satu hasilnya aku berikan kepada Nifah.
Dua minggu kemudian, Nifah datang ke rumahku. Orang tuanya sedang ada acara dan Nifah tidak mau ikut acara itu. Kebetulan juga, Ayah dan Ibuku juga mengikuti acara yang sama, dan aku diperintahkan untuk menjaga adik-adikku di rumah. Oh iya! Nifah datang bersama adiknya, Anif, yang kebetulan teman satu kelas adikku yang bernama Abdullah. Kamipun menjaga adik bersama-sama di rumahku. Karena semua pekerjaan rumahku sudah selesai, waktunya aku menonton YouTube di laptop. Aku menyiapkan tempat menonton dan mulai menyalakan laptop. Saat aku sedang membuka YouTube, Nifah memberiku sebuah bingkisan sambil berkata,
“Ini Fis, buat kamu. Mmm…menurutku, jahitanmu waktu lomba bagus banget! Lebih bagus dari hasil jahitanku. Terima kasih juga, karena kamu sudah ngasih aku kain tambalan. Walau Ustadzah tidak menganggapmu sebagai pemenang, tapi menurutku, kamu adalah juara! Terima kasih juga dengan hadiah kamu waktu itu..Sekarang, hadiahmu aku balas sekarang!”
Aku mengambil bingkisan dari tangannya sambil tersenyum.
“Aku buka sekarang ya Nifah..Hehehe” kataku cengengesan.
“Boleh lah Fis..” jawab Nifah sambil tertawa.
Aku membuka bingkisan dari Nifah dengan semangat. Dan ternyata isinya adalah botol minum berwarna biru tua bergambar serigala abu-abu. Ada gambar hewan kesukaanku! Bagaimana bisa aku menolaknya?
“Wah, thank you so much, Nifah! Aku suka banget sama botol minum ‘serigala’ nya. Hehe..” kataku sambil menepuk pelan pahanya.
“Iya, sama-sama. Eh, by the way, aku juga punyalhobotol minum kaya’ gitu..” kata Nifah sambil mengeluarkan botol minum berwarna biru muda bergambar kucing putih dari tasnya.
“Wah, punya kamu juga lucu Fah!” kataku sambil menyentuh pelan botol minumnya.
“Cie cie..Ada yang botol minumnya kembaran nih..” tiba-tiba saja Anif ikut campur dalam pembicaraan kami.
“Memangnya kenapa? Huuu” kataku tak mau kalah.
Sedikit kebiasaan yang tidak patut ditiru dari Anif, dia suka menggangguku di sekolah! Sungguh tidak sopan sekali bukan?
Setelah pembicaraan tentang botol tadi, kami mulai menonton film-film di YouTube. Ketika menonton, ada kalanya kita kesal, ada kalanya tertawa, ada kalanya kita juga berharap-harap cemas ketika melihat film pertarungan. Ada kalanya kita juga bengong saja melihat film yang kurang seru. Tapi justru ketika saat kita bengong itulah aku termenung sambil melihat botol minum pemberian Nifah. Tak ada usaha yang sia-sia ketika kita sedang menekuni suatu pembelajaran atau ilmu baru. Walau misalnya kita telah berjuang keras untuk berlatih lomba misalnya, tapi tidak ditakdirkan untuk menang, pasti akan ada suatu hal baru yang tanpa kita sadari telah berhasil kita tekuni. Memang panitia lomba tidak menganggap kita sebagai pemenang, tapi mungkin di hati orang lain, kita adalah juara tertinggi.
Cerpen by : Cinap (si Nafisah)
Assalamyalaikum naaf. Ini aku aisyah hanifah sahabat sekelasmu hehe😀
Hi Syah!Tunggu cerpen yang lain, ya!
okyu! kutunggu, ada Hanni lagi g? 🙂
InsyaAllah ada… It’s Okay… 🙂