Camping Penjalin Ukhuwah (3)

Sebelumnya, di cerpen ini….

Fah! Bangun Fah! “ Aku mendengar sesorang membangunkan ku.Aku membuka sedikit mata. Ternyata, yang membangunkanku adalah Rumy.

Aku melihat ke luar tenda. Ada Fina, tepat di depan pintu tenda Kami. Apa yang terjadi? Aku bertanya pada Fina, apa yang membuatnya datang ke tenda Kami?

Aku membuka pintu tenda. Begitu kepalaku mulai terlihat keluar, Fina menarikku. Dia menarik leherku, kemudian membisikkan sesuatu padaku. Selesai berbisik kepadaku, Aku menatapnya. Tatapan Kami begitu cemas… Segera, Kami keluar dari tenda, menguncinya, lalu pergi bersama Fina sambil membawa senter.

Pelan, Kami keluar dari tenda. Melaksanakan apa yang diperintahkan Fina pada bisikannya tadi. Kami menuju ke arah kamar mandi, untuk mencari Aubrey. Ya… Fina membisikkan padaku, bahwa dia kehilangan jejak Aubrey saat keduanya sedang ke kamar mandi di tengah malam. Kami membuka setiap pintu kamar mandi. Tapi, tidak ada orang.

Kami menuju ke arah sungai. Begitu sampai disana, Aku mengarahkan cahaya senterku ke kanan dan ke kiri. Tapi… Hanya ada suara jangkrik dan suara air yang mengalir tenang, setenang malam itu. Setelah yakin bahwa tidak ada seorang pun yang berada di sungai, Kami berpindah pusat pencarian. Kali ini ke tempat parkir. Tak ada siapa-siapa, kecuali penjaga. Tanpa buang-buang waktu, Kami mencari ke area berkemah. Kami tidak mau menyerah begitu saja. Kami terus mencari teman Kami, walau berputar-putar di tempat yang sama.

Fina… “ Tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan dari belakang Kami.

Suara siapa itu?… “ Tanya Rumy dengan nada menakut-nakuti.

Rum! Jangan bikin merinding ih..” Izah rupanya nampak ketakutan.

Sudahlah.. Jangan mikir yang aneh-aneh! Ayo Kita kunjungi sumber suara! “ Hanni tampak bersemangat.

Serasa ingin berlagak seperti detektif..” Gumamku pelan.

Eh! Suaranya dari tenda Kalian lho! Jelas sekali! “ Kata Fina sambil meletakkan tangannya di belakang daun telinganya.

Aku sebenarnya merasa agak takut. Tapi Aku menepis semua pikiran negatifku tentang suara itu. Kami mengumpulkan keberanian, dan melangkah maju ke arah suara. Kami berjalan tanpa suara. Senyap. Suara itu terdengar lagi. Malah, semakin keras. Tenda biru muda dengan kain merah di resleting tenda itu semakin dekat. Tenda Kami sudah terlihat jelas. Suara misterius itu terdengar jelas dari tengah-tengah tenda Kami dan tenda Fina. Kami menarik nafas, dan membaca Basmalah. Aku menelan ludah. Dan…

Fina! Kamu dimana! “ Suara itu nyaris membuat Kami berteriak kaget.

Fina mengarahkan cahaya senternya ke wajah pemilik suara.

Hei! Silau tau! Kamu siapa sih?! “ Pemilik suara itu rupanya seorang anak perempuan. Dia protes karena cahaya senter Fina telah membuatnya silau.

Setelah Kami melihat jelas wajah perempuan yang disorot Fina, Kami terkejut.

Aubrey!…” Kami memeluk perempuan itu.

Ya.. Itu adalah Aubrey. Teman yang Kami cari selama sekitar setengah jam. Fina memeluknya erat. Hampir saja Aubrey tidak bisa bernafas, saking kuatnya pelukan Fina. Aubery bercerita, bahwa dia dan Fina bersama-sama pergi ke kamar mandi. Aubrey selesai dari kamar mandi lebih dulu. Dia meminta izin pada Fina untuk kembali ke tenda lebih dulu. Dan, Fina mengizinkannya. Tapi rupanya, Aubrey tersesat dan bingung. Dia mencari tendanya sendiri, tapi malah masuk ke perkemahan lain. Saat itu, Aubrey tidak membawa senter. Jadi dia kebingungan menentukan jalan. Dia berputar mencari tendanya. Setiap area perkemahan dia telusuri. Tapi, dia tak kunjung menemukan tendanya. Sebenarnya, Aubrey melihat sorotan cahaya senter dari arah kamar mandi. Dia sempat mengira itu temn-temannya. Tapi dia tidak percaya dengan hal itu. Dia berpikir, pasti teman-temannya sedang sholat tahajud. Akhirnya, dia menemukan tendanya. Saat dia hendak pergi ke tenda untuk sholat tahajud, Kami memergokinya. Dan Kami pun kembali bertemu.

Aubrey merasa senang ketika kembali bertemu Kami. Setelah mendengar ceritanya, Aku dan teman-temanku pergi ke kamar mandi lagi untuk persiapan sholat tahajud. Tepat jam 3 dini hari, Kami sholat di tenda masing-masing. Selesai sholat tahajud, Kami bersantai dan mengobrol. Jam setengah 5, Adzan Shubuh berkumandang. Aku keluar dari tenda untuk melihat fajar shadiq. Betapa indahnya langit ciptaan Allah ini. Fajar itu rupanya sudah tampak membentang di langit. Aku kembali masuk ke tenda dan memerintahkan teman-temanku untuk sholat. Aku dipilih sebagai imam mereka, seperti yang pernah kukatakan sebelumnya. Selesai sholat Shubuh dan membaca Al-Qur’an, Kami dzikir pagi. Kami selesai dzikir pagi tepat jam 6 pagi. Aku mendengar Fina dan Aubrey keluar dari tenda mereka. Aku pun ikut keluar, mencari udara segar.

Mataku tak berhenti memandangi keindahan ciptaan Allah berupa matahari terbit ini. Aku berlari kecil menuju tenda. Sesampainya di tenda, Aku mengambil kameraku. Hanni ingin ikut bersamaku mencari udara segar pagi hari. Aku mengizinkannya mengikutiku. Aku berjalan ke batu besar di pinggir sungai untuk mencari letak memotret sunrise di Bedengan. Setelah menmukan tempat yang cocok, Aku memotretnya. Pujian hanya kutujukan kepada Allah, pencipta seluruh alam ini. Aku memanggil Fina, Aubrey, Rumy, dan Izah untuk berfoto bersama.

Selesai menikmati udara pagi yang segar, Kami bersih diri dan merapikan tenda. Jam tangan biru tuaku tepat menunjukkan jam 8 pagi. Tenda sudah rapi tertata di dalam tasnya. Karena masih punya waktu, Kami berjalan di pinggir sungai. Sambil terkadang mencelupkan tangan ke dalam air, kemudian membasuh muka dengannya. Brr.. Sangat dingin! Jam 9, orang-orang mulai terlihat ramai keluar dari tenda. Ada pula yang bersiap untuk pulang.

Fah! Ayo! Kita sudah dijemput! “ Kata Hanni sambil menarik bahuku.

Kami berjalan menuju mobil yang sudah mengantarkan Kami, Maroon. Abi sudah siap menyambut Kami sambil membuka pintu bagasi mobil. Abi yang sangat baik hati itu, mengangkat tas-tas Kami ke dalam bagasi. Kami berterima kasih kepadanya. Setelah berdoa, Kami berangkat pulang. Di tengah jalan, Kami bertemu dengan mobil Fina dan Aubrey. Mereka berdua melambaikan tangan pada Kami, dan Kami membalasnya dengan lambaian tangan pula.

Jglek! Betapa senangnya Aku dan Hanni ketika sampai di rumah. Kami menghembuskan nafas lega. Setelah meletakkan barang-barang, Aku dan Hanni langsung merebahkan diri di kasur. Kami bermain HandPhone sebentar. Lalu membersihkan rumah.

Setelah semua urusan rumah selesai, Kami membuka laptop dan menonton film. Saat menonton, tiba-tiba…

Fah! Aku rasa, camping kali ini telah mengajarkan Kita untuk menjaga persahabatan. Berkemah ini membuat Kita saling peduli satu sama lain. Jadilah persahabatan yang indah! “ Kata Hanni sambil tersenyum.

Iya! Ini mengajarkan Kita untuk saling menjaga ukhuwah! Mari Kita sebut ini sebagai “Camping Penjalin Ukhuwah! “ Kataku sambil membalas senyum dari Hanni.

Kami berdua tertawa. Rasanya, Kami adalah sebuah keluarga. Semoga teman-temanku semuanya bisa menjadi temanku hingga ke surgaNya yang tertinggi! Aaaamiiiinn…

#Tamat#

Cerpen by : Cinap

3 thoughts on “Camping Penjalin Ukhuwah (3)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *