Mentari bersinar sangat terang. Thifa sedang melamun di kasurnya, sambil memandangi suasana pagi lewat jendela. Sesekali, dia melihat ke halaman buku catatannya yang kosong melompong. Tak jarang, dia juga menekan-nekan bolpoin mekaniknya. Berulang kali dia melakukan hal itu, pertanda dia sedang memikirkan sesuatu. Ya, tugas sekolahnya kali ini membuatnya agak bingung. Tugasnya adalah, mencari solusi untuk membantu manusia hidup berdampingan dengan Virus Covid-19 tanpa merasa terganggu oleh kebiasaan baru mereka di zaman ini.
Merasa waktunya terbuang sia-sia, Thifa memutuskan mengakhiri lamunannya. Dia bergegas membantu Ibunya membersihkan rumah. Kemudian lanjut membantu Ibunya memasak makan siang, sambil mendiskusikan dengan Ibunya mengenai tugas solusi itu. Setelah mendengarkan penjelasannya, Ibu mencoba memberi sedikit ide, yang mungkin bisa dikembangkan lagi oleh Thifa. Thifa perlahan memahami perkataan Ibunya. Dan segera menuangkan ide tersebut ke dalam buku catatannya.
Pagi menyapa, ada semangat membara pada diri Thifa, tak sabar ingin segera merealisasikan idenya. Dia pun memulai hari ini dengan rutinitas pagi, membersihkan rumah dan membersihkan diri. Setelah selesai, dia meminta izin pada Ibunya untuk mencari bahan-bahan yang dia butuhkan. Ibunya mengizinkannya, dan Thifa segera bersiap. Memakai kerudung dan rok, membawa sejumlah uang, dan tak lupa memakai masker sebagai bentuk prosedur kesehatan di masa New Normal. Sesampainya di toko, dia membeli benang jahit. Antrian tampak sangat panjang, karena orang-orang saling menjaga jarak. Setelah membayar dan mendapat uang kembalian, Dia pulang dengan berlari menuju rumahnya. Dia sudah tak sabar untuk mengerjakan karyanya. Setelah menyiapkan peralatan yang dibutuhkan, dia mulai membuat sesuatu.
Tak terasa, jam di kamarnya telah menunjukkan pukul 11 tepat. Tapi, karyanya belum juga selesai. Karena sudah kelelahan, Thifa membereskan alat-alatnya yang digunakan untuk membuat karya. Karyanya yang setengah jadi itu disimpannya di tempat yang aman, agar adiknya tak merusak hasil kerjanya. Tak butuh waktu lama baginya untuk membuat kamarnya rapi kembali. Dia menghembus nafas pelan, suatu hal yang selalu dilakukannya ketika merasa lega atau mencoba menenangkan diri. Dia segera keluar kamar ketika Ibunya mengajaknya untuk makan siang.
Masakan Ibunya begitu lezat, ayam goreng dan sayur bayam kesukaannya. Karenanya, makan siangnya pun habis dalam waktu sekejap. Thifa segera minum, kemudian mencuci piringnya. Ibunya telah mengajarkan padanya untuk selalu mencuci sendiri alat-alat yang sudah digunakannya untuk makan atau minum. Sambil mencuci piring, dia bersenandung riang. Dia senang, akhirnya tugas sekolahnya tinggal sedikit lagi selesai.
Bersambung…