Sahabat yang Aneh

Pagi itu sangat cerah. Snowy berangkat dari rumahnya dengan bahagia. Setelah mencium tangan kedua orang tua, dia langsung berlari ke motor Abinya yang sudah menunggu. Lalu, ayah anak itu berangkat.

Sesampainya di sekolah, jam tangan pink tua Snowy sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Mengira sudah hampir telat, gadis itu langsung melangkahkan kakinya menuju kelas. Ketika dia membuka pintu kelas, sudah ada beberapa temannya. Mereka sedang asyik mengobrol. Snowy ikut mengobrol, sambil menunggu kedatangan salah satu sahabatnya yang…. Agak aneh menurut beberapa anak satu kelasnya.

Sebenarnya, sahabatnya itu adalah ketua kelas. Tapi, menurut Snowy, dia lebih ke anak yang pendiam dan suka menyembunyikan diri. Dia ceria, tapi bisa mendadak murung. Dia punya banyak teman, tapi suka sendirian.

Pukul tujuh tepat, sahabat yang ditunggu itu datang. Oh iya! Karena suka menyembunyikan diri, dia lebih suka dipanggil bukan dengan nama aslinya. Orang yang mengenalnya memanggilnya “Jitzu”. Entah kenapa dia suka dengan panggilan itu. Kadang dia meminta dipanggil dengan panggilan selain Jitzu, yang jelas bukan nama aslinya. Pasti ada sesuatu…

Jitzu hanya meletakkan tasnya dan diam. Dia hanya bicara jika perlu. Bila tak ada yang mengajaknya bicara, dia cenderung suka memojok. Dan saat itu, Snowy begitu menyesal tidak segera menyapanya. Dia masih asyik bicara dengan sahabatnya yang lain, namanya Izzah. Dia adalah teman Snowy sejak dia masih kelas 3, dan kini sudah kelas 6. Tak lama kemudian, datanglah Syena. Syena mengucapkan salam, kemudian meletakkan tasnya. Dia sempat membaur dengan anak-anak lain. Tapi tak lama, dia menghampiri Jitzu yang tengah memojok dan tampak menulis sesuatu.

“Hai Jitzu! Apa kabar?” tanya Syena ramah.

“Baik… ” jawab Jitzu dingin, seperti biasanya.

“Kamu lagi ngapain? ” tanya Syena agak ingin tahu.

“Ya… Nulis-nulis aja… Gabut.” lagi-lagi, Jitzu menjawabnya dengan dingin, malas.

Tibalah waktu masuk kelas. Syena dan Jitzu berpisah karena mereka berbeda tempat duduk. Snowy dengan wajahnya yang selalu tersenyum, langsung duduk di kursinya, di samping Jitzu. Jitzu berdiri, lalu menertibkan teman-temannya sebelum gurunya datang. Setelah siap untuk belajar, Jitzu kembali duduk di kursinya.

Pelajaran dimulai. Kali ini gurunya adalah Bu Laila, yang terkenal suka bercanda. Kelas kali ini pun tak terlalu tegang atau membosankan. Setiap kali Bu Laila membuat candaan, semua tertawa. Sekilas, Snowy melihat Jitzu yang hanya tersenyum ketika anak lainnya tertawa. Merasa ada yang janggal, dia mencoba berbicara dengan Jitzu. Tapi… Saat jam istirahat nanti.

Akhirnya jam istirahat pun datang. Bu Laila berpamitan untuk keluar kelas, dan anak-anak segera mengeluarkan bekalnya. Snowy mengeluarkan kotak makannya, dan melirik ke teman sebangkunya. Jitzu hanya membawa makanan ringan yang kemudian ditawarkannya ke seluruh teman sekelasnya, termasuk Snowy.

Snowy melihatnya bercanda biasa. Dia terlihat baik-baik saja. Karena tidak sabar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Snowy segera bicara dengan Jitzu.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Snowy agak kikuk.

“I’m… Very Okay… What’s up?” jawab Jitzu dengan wajah tersenyum, tapi agak cuek.

“Sorry.. Menurutku kamu agak aneh hari ini.. ” Snowy mencoba bicara lagi dengan Jitzu, walau dia seperti berbicara dengan orang asing.

Tiba-tiba, bel masuk pelajaran kedua berbunyi.

“Nanti aja lagi” kata Jitzu pada Snowy sambil merapikan mejanya.

Guru yang masuk ke kelas 6 kali ini adalah Bu Ina. Bu Ina adalah guru yang ramah dan penyayang. Sehingga, banyak anak menyukainya pula.

Pelajaran di jam kedua ini seru. Mereka diberi kuis dan yang bisa menjawab akan mendapat nilai. Ya… Seperti cerdas cermat, tapi per orang. Kuisnya adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Berhubung Bu Ina juga suka hewan, kuis tentang hewan pun masuk juga. Snowy selalu berpikir bahwa Jitzu akan menjadi pemegang nilai terbanyak kuis ini. Karena dia tahu kalau sahabatnya itu memang pintar di soal hewan seperti ini.

“Sebutkan 3 hewan yang berkembang biak dengan cara ovovivipar!” kata Bu Ina memberikan soal.

Beberapa anak telah mencoba menjawab. Tapi gagal. Ada yang menjawab kurang dari 3, salah menjawab, dan lainnya.

Di saat itulah, Jitzu melihat kesempatan. Dia mengangkat tangan dengan percaya diri. Lalu Bu Ina mempersilahkannya untuk menjawab pertanyaan tadi.

“Contoh hewan ovovivipar, platipus, ikan pari, sama… Kadal tanpa kaki..” kata Jitzu dengan suara lantang, tapi nampak agak gugup.

Di papan tulis, Bu Ina menambahkan nilai 100 ke kolom Jitzu. Skor Jitzu saat itu adalah yang tertinggi. Anak-anak memujinya, tapi Jitzu berkata kalau belum tentu dia pemenangnya. Karena dia merasa belum tentu menjadi pemenang di soal terakhir nanti.

“Keadaan bisa berubah drastis kapan saja, kan?” kata Jitzu dengan tatapan yang agak mengerikan.

Snowy menggoda Jitzu dan mengatakan kalau sahabatnya itu pasti pemenangnya. Tapi Jitzu hanya menepuk dahinya sendiri dan kembali fokus mendengarkan soal selanjutnya. Seolah tak mendengar omongan Snowy.

“Sekarang, soal terakhir! Sebutkan 5 hewan yang berasal dari famili Canidae!” Bu Ina kembali memberikan soal.

Anak-anak nampak sedikit bingung. Beberapa meminta Bu Ina mengganti soalnya. Tapi kali ini Bu Ina tidak menuruti anak-anak. Bu Ina menyuruh anak-anak untuk berusaha menjawab soal terakhir itu.

“Namanya juga soal terakhir. Harus sulit dong! Biar menantang!” kata Bu Ina menyemangati anak-anak perempuan kelas 6.

Soal dari nomor satu sampai yang terakhir ini harus dijawab dengan pengetahuan masing-masing. Tidak boleh bertanya pada teman atau mencontek.

Beberapa ada yang sudah mencoba menjawab, tapi banyak pula yang gagal. Anak-anak mulai tampak bosan dan menyerah. Tepat sebelum Bu Ina membacakan jawaban, seorang anak mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan, Jitzu.

“Oh! Hewan dari famili Canidae itu… Anjing, rubah, serigala, coyote, dan dingo. Betul tidak, Bu?”

“Yap! Betul sekali!” seru Bu Ina sambil mengacungkan jempol, lalu menambah skor Jitzu. Jitzu merasa senang dan berkata “yes!” dalam hatinya.

Bu Ina menentukan pemenangnya. Dan tentu saja, Jitzu pemenangnya. Satu kelas memujinya, tapi Jitzu hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih.

“Banyak yang nggak tahu jawaban soal terakhir…” kata salah satu anak, namanya Airu.

“Bukannya aku sudah jelaskan panjang lebar tentang famili Canidae ini?” tanya Jitzu pada semua teman di kelasnya.

“Sudaah…” semua anak menjawab begitu.

“Apa… Ada yang belum paham?” tanya Jitzu lagi, sambil menaikkan sebelah alisnya. Dengan suara yang agak ‘diseret’.

“Iya…” jawab Syena. Disambut anggukan dari anak lainnya.

“Berarti, Jitzu harus ajarin teman-teman lagi ya…” saran Bu Ina.

“Iya…” kata Jitzu pelan sambil sedikit menunduk.

Bel pulang berbunyi. Bu Ina berpamitan dan mengakhiri kegiatan belajar hari itu. Anak-anak langsung bersiap pulang. Ketika kelas sudah mulai sepi, Snowy mengajak Jitzu ke bawah. Akhirnya, dua sahabat itu berjalan ke bawah bersama.

Snowy dan Jitzu sampai di bawah pohon dan bicara santai. Di tengah pembicaraan…

“Jitzu, kamu marah sama aku?” tanya Snowy hati-hati.

“Enggak… Memang kenapa?” Jitzu balik bertanya.

“Maaf tadi nggak ngajak kamu ngobrol waktu jam sebelum masuk tadi…” kata Snowy sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

“It’s okay… No Problem…” Jitzu menjawab dengan suara yang agak ditahan.

“Sebenarnya, aku mau tanya sesuatu sama kamu…” Snowy bicara lagi.

“Kamu itu pingin sahabat yang kaya’ apa?”

“Mmm… Aku ingin sahabat yang mengerti tentang diriku dan setia, dapat menggandeng tanganku hingga ke surga…” jawab Jitzu sambil menatap obyek kosong si sampingnya.

“Kalau boleh tahu, bagaimana dirimu sejak jadi dewasa?” tanya Snowy ingin tahu. Nampak antusias.

“Ya… Aku merasa, aku dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Tapi aku tahu kalau aku itu pendiam, dingin, suka menyendiri kadang-kadang. Dan kadang juga pemalu, kurang percaya diri. Terus… Satu hal lagi. Aku mudah berubah pikiran atau perasaan, sampai kadang bingung menentukan perasaan…” jawab Jitzu dengan jujur.

“Oh… Terima kasih… Maaf kalau aku kurang bisa jadi sahabat yang baik…” kata Snowy sedikit malu.

“Mmm… Aku pulang dulu ya! Sampai jumpa!” pamit Jitzu ramah.

“Oke!” kata Snowy sambil melambaikan tangan pada Jitzu.

Sekarang Snowy tahu bagaimana cara menjadi sahabat terbaik untuk Jitzu. Dia berniat untuk menjadi sahabat terbaik untuk temannya itu. Kali ini, dia tak menganggap sahabatnya itu aneh. Tapi, Snowy sebenarnya juga tahu kalau masih ada yang disembunyikan oleh Jitzu. Takut membuat Jitzu merasa kurang nyaman menjadi sahabatnya, dia memutuskan untuk tidak terlalu banyak bertanya tentang diri Jitzu yang sebenarnya.

By : NLT

Maaf bila ada kata-kata yang kurang nyaman di hati. Maaf juga bila namanya ada yang mirip dengan nama pembaca sekalian… 🙂

 

 

 

One thought on “Sahabat yang Aneh

  1. :’) jitzu… maaf kan aku ya kalau aku ada salah, kali ini aku ga tanya yg aneh2 lagi kok hehehheheh… ooh ya naf kamu ke bromo ya^^ gmn? besok masuk kan naaf 🙂 selamat bertemu besok… insyaallaah.. maafin aku ya, aku sering ngomong kalau kamu anaknya pendiam dan suka menyendiri.. maaf ya naaf :[ i love you because Allah, assaalamualaikum, bye ^3^

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *