Hmm… Bukan gunung Mahameru yang jalan-jalan dan duduk-duduk di Bromo ya…. Eits! Dengerin dulu… Ini cerita lho… Mau nggak diceritain?
Mungkin nggak panjang-panjang… Males juga nulis panjang-panjang (kenapa nggak sekalian aja nggak nulis, kan males). Ah… Biarlah. Itung-itung bagi-bagi pengalaman… Hehehe… Okay, let’s check it out! (tumben bukan cekidot)
Aku berangkat dari rumah sekitar jam 12 malam. Kita mau ke Bromo bareng beberapa teman-teman dari Mahameru Archery Club. Berangkat itu… Naik mobil. Sampai di meeting point, pasar Tumpang. Terus disana ketemuan sama anggota kelompok (cieleh) yang sudah duluan sampai disana. Setelah ketemu, pindah barang ke jeep. Semua sedia…. Meluncur!
Perjalanan cukup jauh. Malam diselimuti kabut tebal. Aku yang berkali-kali diguncangkan jeep lama-lama ngantuk. Niatnya nggak mau tidur… Eh, malah ketiduran.
Bangun dari tidur, sudah mau sampai di dekat penanjakan… Eee.. Yang bener Perahu atau Prau? Ah.. Pokoknya itu lah! Nah, mobil jeep nya parkir dulu. Setelah itu, kita foto-foto. Masih malam… Tapi bulannya.. Seperti matahari! Tapi… Emangnya ada matahari yang terbit di malam berkabut gini?
Istirahat sebentar… Setelah itu kita naik ke Prau itu… Mmm… Bukan nanjak sih namanya… Tapi naik tanah yang dibentuk tangga (entah apa namanya). Penanjakannya nggak lama…. Oh ya! Kalian mau tau udaranya waktu itu kaya’ apa? Kaya’ ditaruh di freezer! Adem….
Sesampainya di atas, kita tebar tikar. Sambil nunggu sunrise. Bulannya macam lampu besar di langit. Kita ngopi-ngopi santai… Ayahku sudah cari tempat pas buat pasang tripod berkepala kamera. Mau cari fajar. Atau sunrise? Dua-duanya kali…
Dingin… Tapi aku nggak betah pakai sarung tangan lama-lama. Akhirnya aku lepas. Ngerasakan akibatnya deh… Tangan beku sudah macam kayu. Hampir nggak ada bedanya. Kaku, kurus, berdebu pula.
Setelah lama…. Akhirnya fajar shodiq muncul. Setelah sholat shubuh…. Balik lagi berburu sunrise. Masya Allah… Indah sekali… Apalagi waktu Bromonya sudah mulai kelihatan. Kataku, “kaya’ di laptopnya Ayah..”.
Puas foto macam-macam gaya, kita berberes, turun ke tempat jeep nya parkir. Matahari sudah mulai tampak jelas. Udara mulai hangat. Kita memutuskan masak-masak di belakang jeep dulu… Ada yang bikin pop mie, ada yang masak sosis bakar dan otak-otak. Enak….
Oh ya! Waktu semua sudah selesai “ganjel perut” (atau sarapan?), masih ada yang masak otak-otak sama sosis itu… Nggak mateng-mateng katanya. Ternyata eh ternyata, gasnya habis. Akhirnya ganti gas, trus api kompor mininya nyala. Matengnya cepet!
Setelah itu, kita cuss ke Lautan Pasir. Jalanannya cukup mengerikan, tapi juga luar biasa pemandangannya.
Sampai di Lautan Pasir. Jeep meluncur mencari tempat pas buat berhenti. Disinilah kita foto-foto lagi… Lebih keren! Cukup lama kita disana. Dan kita akhiri keberadaan kita disini dengan foto bersama.
Lanjut cuss ke kawah Bromo. Kukira kita akan benar-benar mendaki. Ternyata tidak. Jeep kami parkir (lagi) di dekat banyak orang berjualan. Ada yang jualan makanan, baju, syal, dan banyak lagi. Dan… Banyak pula kuda-kuda yang siap mengantar pengunjung ke dekat awal tanjakan ke kawah Bromo.
Niatnya aku mau jalan kaki dari tempat parkir sampai kawah Bromo. Tapi akhirnya, aku sama Iska naik kuda. Diantar sampai awal tanjakan.
Perjalanan penuh pasir berterbangan. Mirip di Mekkah kataku. Sampai di awal tanjakan, aku sama Iska nunggu yang lain untuk naik ke kawah. Dan, setelah melihat Tutu alias Suhaib dan Ibuku (yang ternyata naik kuda juga, padahal tadi belum), kita naik. Menghadapi tanjakan.
Anak tangga kami naiki satu persatu. Tangga itu sangat panjaaaang…. Aku ingin menghitung ada berapa anak tangga. Tapi… Lama-lama bosen juga, padahal hitungannya belum sampai 100. Dan saat sudah di rumah, Ibuku browsing. Dan ternyata, tangga itu memiliki 250 anak tangga.
Akhirnya. Setelah sempat berhenti beberapa kali karena capek, sampai juga. Kawah menganga Bromo di hadapan mata. Suara bagai air mendidih dalam kuali terdengar sangat jelas. Asap mengepul, walau tidak terlalu tebal.
Kami istirahat sebentar sambil menunggu yang lain. Dan akhirnya, ada Coach Jasmine dan Mbak Dira sampai. Kami menunggu yang lain. Tak kunjung nampak batang hidungnya. Hingga yang lain terlihat, aku, Iska, Tutu, Ibu dan Ayahku berfoto sejenak. Kemudian, kami -selain Ayahku- turun duluan. Bertemu dengan Coach lain yang belum sampai.
Iska dan Tutu naik kuda lagi saat perjalanan kembali. Aku dan Ibuku berjalan kaki. Kakiku sempat gemetar karena… Mungkin capek ya? Lalu kami terus berjalan…. Hingga akhirnya bertemu Iska dan Tutu yang istirahat bersama kuda coklat yang tadi mereka naiki. Kami berfoto dengan kuda itu, lalu istirahat. Ibuku dan Tutu hendak ke kamar mandi, dan aku disuruh menjaga Iska serta barang-barang Ibuku.
Setelah semua mulai kembali, kami ke jeep. Tujuan selanjutnya, nggak sepanas disini. Istirahat sebentar, lalu meluncur lagi.
Inilah… Kami melewati padang rumput savana. Sampailah kami di Bukit Teletubbies. Hawa disini cukup sejuk. Pemandangannya indah. Kami istirahat, lalu foto-foto. Lalu meluncur lagi, pulang.
Alhamdulillah… Semua berjalan lancar.
Aku sampai di rumah sekitar jam 2 siang. Kami sekeluarga mandi. Lalu makan bentar (nyemil) sate tahu yang tadi beli di jalan.
Hufft… Aku capeek… Tapi seru! Ini akan jadi pengalaman tak terlupakan! Menyenangkan sekali!
O ya… Cerita ini banyak ‘diloncat-loncatnya’ ya… Jadi ceritanya nggak detail ya…
Berikut beberapa foto yang kami ambil selama petualangan:
Di rest area dan penanjakan Prau
Di Lautan Pasir
Di dekat kawah dan di kawah
Di Bukit Teletubbies
Gambar bisa di klik kalau kalian mau..
Sekian…
waaw masyaallaaaah 😀 bagus bromonya gaya fotomu juga bagus 🙂
biasa aja.. Aku usil potret. Benernya itu salah satu cita-citaku