#Mukhoyyam2021

Hai semua! Masih siap dengerin pengalamanku? Okey… Mari kita mulai dalam hitungan ; 3….. 2….. 1! Action!

Siang itu, siang yang ditunggu. Setelah beberapa hari yang lalu, kami mempersiapkan kejutan. Kelompok Mukhoyyam sudah dibentuk jauh-jauh hari sebelum hari H. Sudah menyiapkan nama kelompok, yel-yel, dan pentas seni. Juga satu lagi, liwa’ alias bendera. Tiap kelompok itu dikasih kain, yang nanti dilukis sesuka hati. Pokoknya, jadi bendera buat kelompoknya. Oh ya! Jumlah kelompok yang terbentuk ada 6 kelompok. Dari setiap kelompok ada satu yang dipilih oleh Ustadzah untuk menjadi ketua kelompok.

Empat truk angkut berjajar menunggu. Pertama, barang-barang dulu yang dinaikkan. Setelah itu, baru orangnya. Ingat. Truk angkut. Bukan truk tentara atau truk polisi (emangnya ada?). Ya… Gimana rasanya? Seru banget. Mau nggak mau, kita pasti berdiri. Kalau nggak mau kotor atau ketendang yang lain. Goncang-goncang. Dilempar kesana-kesini. Rem mendadak. Fiuh…

Aku kelompok satu. Satu truk sama panitia yang semuanya adalah kakak-kakak Kibar. Tapi ada beberapa panitia yang diletakkan di truk 2, 3, dan 4 untuk menjaga kelompok lain yang ada di truk-truk itu. Angin menerpa. Menerbangkan hijab dan mengibarkan bendera yang kami bawa.

Jalannya naik turun. Namanya juga di kaki gunung. Lewat Pondok Isy Karima dan Al-Azhar IIBS. Lewat doang… Tak lama kemudian, sampailah kami di lokasi. Kampung Gunung Ngagoyoso. Dekat dengan Danau Madirda. Karang Anyar.

Sampai di tempat, kami turunkan barang-barang. Sambil nunggu tenda, kami boleh jalan-jalan di sekitar area Mukhoyyam. Eh, nggak lama setelah itu, datanglah truk yang membawa tenda. Perwakilan dari setiap kelompok mengambil tenda. Kami sempat ganti tenda berkali-kali karena kurang cocok. Dan akhirnya, ketemulah yang cocok.

Panas sekali siang itu. Sambil berpeluh, kami berusaha mendirikan tenda pramuka yang akan menjadi tempat kami tidur dan beristirahat selama Mukhoyyam. Mendirikan tenda berlangsung hingga Ashar.

Oh ya. Selama Mukhoyyam, kami memasak makanan sendiri seperti di ma’had biasanya. Perwakilan dari setiap kelompok mengambil bahan di Aula atau tempat para ustadzah berkumpul dan kemudian bahan itu dimasak di tiap kelompok.

Malam pertama di tempat itu adalah malam pembukaan. Penampilan yel-yel. Dari situlah aku tau nama-nama setiap kelompok dan yel-yel mereka. Kelompok 6 namanya Geneva. Kelompok 5 Al-Haitsam, kelompok 4 GHT (Good Harisatut Tahammus), kelompok 3 Triple S (Star Shine Squad), kelompok 2 Laper (Laskar Pejuang), dan kelompok kami, Equador (Eleven Quwwah Jedar-jedor).

Kami melalui malam itu dengan tenang. Saatnya beristirahat. Bersiap menyambut esok hari yang cerah.

Esok harinya.

Kami tahajud. Dan ketika matahari sudah meninggi, saatnya persiapan. Sarapan yang terburu-buru. Kemudian persiapan jejak petualang. Kemudian, berangkat jejak petualang. Cara mainnya, kita akan menyusuri bukit dan melewati jalan-jalan yang bertanda rafia biru. Kami sempat nyasar juga, sampe hampir masuk hutan. Alhamdulillah segera dicarikan jalan.

Disini, kita harus mengumpulkan paling tidak 6 ttd atau poin dari 6 pos. Waktu bermain hanya sampai pukul 12 siang. Kami menyelesaikan setiap misi di tiap pos. Dan kami terakhir berkumpul di pos Kak Aiffah. Pos berapa aku juga lupa. Pokoknya semua kelompok yang sudah menyelesaikan misi harus berkumpul di pos itu.

Setelah semua kelompok kumpul, kami bergerak menuju sungai. Sampailah kami disana. Ada air terjun juga. Masya Allah… Air terjunnya kering. Karena saat itu musim kemarau.

Air dari sungai bersih. Pada ngambil air minum di sungai. Memang keruh airnya. Tapi… Segarnya Masya Allah… Seperti air dari freezer. Ada yang bermain di sungai tapi tidak semua.

Satu yang tak boleh ketinggalan… Foto-foto dooonk!

 

Foto waktu di sungai. Blawur. Biarin lah. Pokoknya disitu ada aku.

Malamnya, ada pentas seni dan api unggun. Gambarnya bisa kalian lihat di gambar utama. Sayangnya, pentas seninya nggak kelihatan.

Kelompokku tampil pertama. Pertama, pasti yel-yel dulu. Baru pentas seni. Kelompokku menampilkan…. Cerita Penggembala dan Biri-biri. Ya, terinspirasi dari Upin Ipin tu… Tapi, percakapan pasti pakai bahasa Arab. Tugasku cuma jadi backsound.

Usai drama, dibacakan hadits yang berkaitan dengan kejujuran. Setelah itu, datanglah saatnya. Ini bagianku. Aku berlari ke panggung dan meneriakkan,

WE HAVE BONUS FOR YOU ALL!

Saking semangatnya aku berteriak, suaraku terdengar tidak terlalu jelas. Karena bicaraku yang memang cepat.

Cuma gitu, terus aku turun. Bersiap ke bonus itu. Pakai mata katak dari kertas di atas kepala, dan kami sekelompok masuk panggung.

“Ayo katak-katak kecil, kita melompat!” dua orang mengaba-aba kami.

“Lompat, si katak, lompat. Lompat!” Kami melompat seperti katak. Mengundang gelak tawa penonton.

“Lompat si katak, lompat. Lompat! Lompatlah tinggi-tinggi. Tinggi! Cepatlah teman cepat! Kita bangun pagi-pagi… Kalau kita.. Malas lagi.. Malas bangun pagi…. Wawawawawawa, wawawawawa. Nanti kita rugi…”

Kami menyanyikan lagu itu sambil melompat lompat seperti katak. Setelah itu, berdiri.

“Tamatlah sudah, alkisah kami… Kisah penggembala, dan biri-biri…”

Narator naik sementara kami turun. Menyampaikan penutupan.

Itulah mengapa sebutan lain untuk kelompokku Tadika Mesra. Karena dari yel-yel, hingga pentas seni, semuanya terinspirasi dari Upin Ipin… Hahahaha!

Ya.. Ini semacam drama musikal.

Dilanjut penampilan-penampilan dari kelompok lain. Kelompok 2 menampilkan nasyid Zal zil Zalzalah. Ya.. Yang itulah pokoknya.

Kelompok 3 yang tampil terakhir menampilkan drama berbahasa Indonesia yang bertema persahabatan. Setelah itu nasyid Ahlan Akhi.

Kelompok 4 menampilkan drama tipe-tipe kita anak pondok atau thalabul ‘ilmi. Mulai dari ketika kita menunggu waktu sholat, hingga belajar malam. Membuat kami jadi malu sendiri seolah melihat kelakuan kami sendiri.

Kelompok 5 menampilkan drama bahasa Arab berjudul “Ata’rifa Mautak?”, apakah kau tau (waktu) kematianmu?. Katanya sih, ceritanya ngambil dari salah satu buku.

Kelompok 6 menampilkan lagu Kun Anta. Kenal banget lah pasti….

Malam itu kami tidur dengan tenang. Karena lelah telah membuat kami terlelap.

Esoknya bangun tahajud, dan ada muhasabah. Paginya, bersiap outbound dan sarapan buru-buru lagi. Akhirnya kami dihukum suruh push up karena datang telat ke lokasi kumpul.

Outbound berlangsung cukup lama. Macam-macam permainannya.Yang pasti, permainan ini bukan mencari kalah menang. Tapi menguatkan ukhuwah satu sama lain.

Oh ya! Kita tiap pagi ada pemanasan alias senam.

Keseruan di akhir outbound. Kuis cepat. Yang pakai baju biru itu semuanya panitia.

Sorenya kita ada tausiyah dari Ustadz Abdurrohim Ba’asyir.

Malamnya adalah malam penutupan. Pemberian hadiah. Kelompokku unggul di Pentas Seni. Alhamdulillah…

Ada bakar jagung. Yang mau bakar jagung, silahkan. Bahannya sudah disiapkan. Malam itu kami santai. Aku dan beberapa teman nyemil di depan tenda. Memandangi langit yang penuh bintang gemintang.

Tidur maksimal jam 12 malam.

Paginya bangun tahajud seperti biasa. Pagi senam, sarapan, dan persiapan pulang. Merobohkan tenda, menyiapkan barang-barang, dan pulang ke ma’had.

Akhirnya kami kembali ke ma’had dengan gembira. Tetap menerbitkan senyum dalam lelah. Aku yang belum mandi langsung mandi. Baru bongkar-bongkar.

Alhamdulillah. Semuanya berjalan lancar. Mukhoyyam ini mengajak kami untuk mentadabburi semestaNya. Dan seolah, kini terngiang kembali jargon Mukhoyyam itu di telingaku,

Foto penutupan.

Mukhoyyam Alfain Wahid wa ‘Isyrin…

Bil Hamasah, Bil Ittifaq, Nuwahidul Ukhwah..

ALLAHU AKBAR!!! “…..

 

~Fisah_Blizzard

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *