Assalamu’ alaikum…
Arigato. Syukran. Thank you. Terima kasih. Lama kita tak berjumpa. Sekarang, aku lagi liburan. Alhamdulillah…
Sebenarnya aku masih betah di Ma’had. Tapi aku juga pingin pulang. Ga jelas. Ghairu Wadhih. Bodo. Mau ngomong apa aku sekarang?
Semester ini, aku mau sedikit cerita kegiatan atau selingan kita sehari-hari.
Ada Olimpiade Ma’had. Katanya sih, ini kegiatan rutin pondok. Perlombaan antar usroh. Usrohku punya nama kelompok Serahsen. Dari bahasa Arab yang berarti jadilah lebih baik. Olimpiade berlangsung selama seminggu. Minggu pertama dari Februari. Ada lomba Khutbah. Lalu Cerdas Cermat. Memanfaatkan barang bekas. Kaligrafi, bikin gerakan senam, dan terakhir, masak.
Lomba khutbah, tiap usroh mengeluarkan dua orang anggotanya untuk mengikuti lomba ini. Satunya khutbah bahasa Indo satunya khutbah bahasa Arab. Urutan maju acak. Sesuai dengan nomor antrian yang didapat peserta di kocokan.
Lomba Cerdas Cermat, tiap usroh mengeluarkan tiga orang andalannya. Yang pasti, bukan orang yang mengikuti lomba khutbah. Nah, usrohku mengirim aku dan dua orang kakak kelas yang ada di usrohku untuk mengikuti lomba ini. Setelah kuperhatikan, rupanya aku adalah peserta Cerdas Cermat termuda.
Lomba membuat kerajinan dari barang bekas. Kita harus membuat dua kerajinan dari barang bekas. Sebelum perlombaan dimulai, tiap usroh menunjukkan bahan kerajinan. Serahsen membuat bantal dari kerudung Rabbani bekas dan miniatur PPISF Putra 1 dari kardus. Perlombaan berlangsung sampai adzan Maghrib. Qadarullah, Serahsen harus menyerahkan karya secara terlambat, karena posisi adzan Maghrib telah berkumandang tapi kami masih berusaha melengkapi miniatur.
Lomba kaligrafi. Kami diberi dua kuas, dua triplek kayu, dan cat untuk membuat kaligrafi. Ada dua kaligrafi yang harus kami buat. Satunya adalah kata-kata mutiara yang kami ambil acak dari Panitia. Satunya lagi terserah kami. Yang penting kalimat. Bukan kata. Waktu perlombaan adalah sehari penuh. Pengumpulan maksimal esok paginya di jam tujuh pagi.
Di hari Jum’ at, kami break sejenak. Ada Jum’at Keluar.
Lomba Senam. Kami diberi tiga pilihan irama untuk senam yang kami buat. Pertama, Merah Saga, lalu Pemuda Kahfi, dan Alifun Ba’. Kebanyakan usroh memilih Merah Saga sebagai backsound senam. Hanya satu usroh yang memilih Pemuda Kahfi. Alifun Ba’, nggak ada yang milih. Yang dinilai dari lomba ini adalah kekompakan, gerakan senam, dan…. Dresscode.
Di hari Jum’ at, kami break sejenak. Ada Jum’at Keluar.
Lomba terakhir, lomba masak. Kami bebas memasak yang kami mau. Tapi, tiap usroh mengeluarkan dua perwakilan untuk berangkat ke pasar dan membeli bahan-bahan yang dibutuhkan. Pagi-pagi mereka diantar ke pasar menggunakan pick up. Begitu mereka kembali, lomba dimulai. Usrohku membuat Sop Matahari khas Solo dan Yoghurt Jelly Ice Cream (Btw panjang banget namanya). Qadarullah terlambat mengumpulkan juga… Karena waktu pengukusan yang cukup lama. Selesai penilaian, kami menukmati hasil masakan kami.. Menikmati selesainya olimpiade ini.. Alhamdulillah…
Usai Olimpiade, kami istirahat sehari. Kemudian, rihlah ke Pantai Sadranan dan Pantai… Ah, lupa namanya. Yang pasti, kami main air di Sadranan saja. Di pantai satunya kami hanya berfoto dan menikmati senja. Berangkat dari Ma’had jam setengah tujuh lebih. Menggunakan bus. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Di pantai kedua, diumumkanlah pemenang olimpiade juga pembagian hadiah. Alhamdulillah… Usrohku mendapat juara 1 di khutbah bahasa Arab, juara 2 di Cerdas Cermat, dan juara 1 di Kaligrafi.
Perjalanan yang melelahkan ini ditutup dengan beli oleh-oleh di Ika Sari dan sampai di Ma’had pukul 12 malam atau setengah dua belas (agak lupa). Lelah, tapi senang.
Itu baru sedikitnya. Ada juga Muhadhoroh Usroh 1 dan 8 yang berkesan bagiku. Kenapa? Karena ini kali pertama aku khutbah. Khutbah bahasa Arab lagi. Alhamdulillah…. Oh ya. Muhadhoroh itu biasanya dipertunjukkan di malam Jum’at akhir bulan. Muhadhroh kami berlangsung di akhir bulan Desember. Isinya ada khutbah Arab dan Indo, terus kalau mau kasih nasyid juga nggak apa. Tema yang kami pilih adalah manusia. Diawali dengan intro tak terduga, pembukaan, tilawatul Qur’an, khutbah-khutbah, dan di tengah khutbah, ada selingan. Yaitu kayak nge-vlog dan nasyid. Nasyid apa? Kepo deh.
Entah mengapa. Aku merasakan kehangatan kehangatan ukhuwah di semester ini. Main badminton bareng. Ada yang menyorakiku dengan menyebutku Tinniin alias naga. Itu karena aku pernah membuat kalimat bahasa Arab alias jumlah yang disana, aku menyebut diriku sebagai naga. Sebenarnya aku cuma bercanda. Dan dia pun hanya bercanda.
Ada pula yang memanggilku Fish. Kakak kelas sih. Terus kata temannya, “Kok Fish, sih?”. Dianya jawab, “Emang namanya kok”. “Ya.. Tapi bedakan penyebutan ‘Fish’ dan ‘Fis’ !’ kata temannya lagi. Aku cuma nyengir.
Ada pula yang memanggilku Dzi’bun alias serigala karena hewan abu-abu itu adalah hewan yang aku suka. Juga, karena aku bisa melolong… Hehe.
Peraturan baru yang harus kami jalani, wajib menggunakan bahasa Arab dalam percakapan sehari-hari. Ada semacam ‘aturan main’ nya. Tapi kalau aku jelaskan disini, ntar nggak mudah dipahami.
Juga ada tasmi’ akbar 30 juz dari kakak kelasku, angkatan dua, Usroh 7. Barakallahu Fiihaa…. Doakan aku juga kak… Gumamku dalam hati.
Kali ini juga aku merasakan Ramadhan di PonPes. Nanti ada ceritanya sendiri. Sayangnya, aku tak bisa mengikuti tarawih pertama karena terhalang haid. Oh ya! Kami memulai puasa di hari Ahad, 3 April.
Daaannn… Masih banyak kejadian seru lainnya yang kami rasakan di Ma’had tercinta ini. Walau saat ini kami belum bisa pindah ke bangunan pondok kami yang asli, kami tetap bahagia. Semua ini, kami tahu. Untuk mengeratkan ukhuwah diantara kami. Aku bersyukur diberi teman-teman seperti mereka, ya Allah…
Berapa hari sebelum pulang, ada sedikit perubahan usroh dan kamar. Aku masih di Asrama Biru, tapi kamarnya pindah. Jadi dekat balkon. Usrohku bertambah anggota menjadi 14 orang. Dan inilah kami sekarang. Usroh 5.
Begitulah… Walau masih di bangunan sementara, kami tetap bahagia. Bermain, belajar, makan, begadang, semuanya bersama. Awal Ramadhan, kami saling bermaafan. Melupakan dan memaafkan segala khilaf saudara seiman. Juga, sebelum pulang. Untuk apa? Agar… Ukhuwah ini tercipta. Karena kami… Saudaraa. Bukankah Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat, “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara…” ?
“Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah” ~Salim A Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah.
Terima kasih, saudara-saudaraku… Semoga kita bersama, hingga surga-Nya…
Sekian cerita super panjangku di pondok ini… Walau baru secuilnya. Setidaknya, ada pelajaran yang bisa diambil… Sekali terima kasih dan sayunara, good bye, wada’ an, dan… Maaf, aku lupa bahasa Indo untuk perpisahan…. #banyakalasan.
~Tinnin Al-Azraq
Maasyalllah tabarakalah 🙂
Afwan.. Siapa anda?