Ramadhan in KarangPandan

Kisah ini dimulai dari….

Beberapa hari sebelum Ramadhan…

Pondok Pesantren Islam Salman Al-Farisi Putri.

Pekan-pekan sebelum Ramadhan adalah pekan-pekan ujian. Banyak sekali yang mentasmi’ kan hafalannya sebelum Ramadhan. Ada pula yang menjalani ujian Bahasa Arab. Salah satunya, Ashghor 1. Anak-anak angkatan 3 terpilih yang belajar bahasa Arab bersama Ustadz dari Majma’ Lughoh. Tak hanya mereka yang belajar bahasa Arab bersama Ustadz. Ada Shigor 1 yang merupakan anak-anak angkatan 2. Namun mereka telah menyelesaikan pembelajaran kitab ABY dan akan melanjutkan belajar Shorof bersama Ustadzah. Jadi, mereka pengangguran untuk saat ini. Sedangkan kelas bahasa Arab lain (Ashghor 2 dan 3, Shighor 2 dan 3, dll) belajar bersama Ustadzah.

Ashghor 1 berjumlah 11 orang. Dan pagi itu, mereka sedang menjalani ikhtibar (ujian) Kitab Al-‘Arabiyyah Bayna Yadayk jilid 2 juz 1. Singkat saja jadi ABY 2. Ada dua kali ujian. Ujian pertama, ujian mufradat alias kosakata. Kedua, ujian nahwu. Percepat saja, saat ini mereka menjalani ujian nahwu.

Ustadz datang membawa lembaran ujian dan langsung membagikannya pada Ashghor 1. Juga, memencar tempat duduk para tholibat (santriwati) itu. Selesai membagikan kertas ujian, Ustadz izin untuk pergi dan meninggalkan kami. Ustadz berpesan agar tidak saling mencontek dan jika semuanya sudah selesai, mereka kumpulkan kertas itu dan dibawa ke rumah Ustadz di lantai 2. Oh ya. Kelas belajar bahasa Arabnya ada di lantai 1.

Ujian dimulai. Mereka fokus mengerjakan. Tadi, Ustadz juga sempat mendiktekan beberapa kalimat yang harus mereka tulis alias imla’ sebelum pergi. Jadi, mereka tinggal mengerjakan soal sisanya. Wasktu terus berjalan… Dan mulai banyak yang telah menyelesaikan ujiannya. Mereka menjadi ‘pengangguran’ karena Ustadz belum juga kembali. Tiba-tiba, terdengar suara riuh di gerbang utama. Kelas ini memang berdekatan dengan gerbang utama yang berwarna hijau. Anak-anak di sekitar sana segera berlarian keluar ke arah gerbang yang memang setengah terbuka. Termasuk para Ashghor 1. Ternyata di jalan depan Pondok, ada pawai Ramadhan. Semua heboh. Wajar. Anak Pondok jarang namanya lihat pawai… Hehe.

Setelah pawai berlalu, semua kembali ke tempat masing-masing. Masih membahas sekilas tentang pawai tadi.

Beberapa hari kemudian…

Ujian-ujian sudah tuntas. Sehari menjelang ru’yatul hilal, ada tausiyah dari Ustadz Abdurrahim Ba’asyir. Ini adalah tausiyah persiapan menyambut bulan Ramadhan. Agar semua bersiap untuk menyambut bulan suci itu. Anehnya, malah banyak yang mendapat haid mendekati Ramadhan. Sehingga mereka tak bisa mengikuti tarawih pertama di malam Ramadhan.

Semua tholibat saling bermaafan dengan sesamanya. Membersihkan hati dari segala dengki dan iri. Agar hati ini bersih ketika bulan Ramadhan datang.

Malam Sabtu.

Cuaca menjelang malam mulai tak bersahabat. Langit mendung. Dan akhirnya, hujan deras pun turun. Sholat Isya’ telah dilaksanakan, dan hujan mulai mereda. Fisah dan teman-teman sekamarnya -yang juga haid- melongok dari balkon. Dari sana, mereka bertanya pada teman-teman yang di Musholla kapankah sholat Tarawih dilaksanakan. Seorang anak bernama Nida mengatakan bahwa puasa dimulai pada hari Ahad. Artinya, Sholat Tarawih akan dilaksanakan besok malam.

Malam Ahad.

Sholat Tarawih dilaksanakan bersama Syaikhoh yang tinggal di Pondok, Syaikhoh Nabila. Beliau membaca Juz 1. Fisah, Mujahidah, Rima, dan beberapa teman-teman mereka asyik bercanda dengan anak perempuan Syaikhoh Nabila yang bernama Hanan di kamar Rima. Fisah sebenarnya kurang tertarik. Karena ia tak begitu menyukai anak kecil. Hanan berumur 3 tahun. Masih kecil. Ia memutuskan untuk mengintip tarawih dari balkon.

Lama-lama, bosan juga rasanya. Fisah pergi ke kamar mandi. Kemudian, merebahkan diri di kamarnya. Teman sekamarnya, Kak Haura dan Kak Shomim, masih sholat. Matanya terasa berat. Tak lama, ia tertidur di kasurnya yang tergeletak di lantai. Sedikit info, kamar-kamar di Asrama Al-Quds ini memang tidak menggunakan ranjang karena ruangan kamar yang kecil. Hanya muat tiga sampai empat orang. Beda lagi dengan Asrama Hijaz dan Andalus yang ada di seberang Al-Quds. Disana, menggunakan ranjang. Namun, satu kamar yang disekat di dalam Andalus yang dinamai kamar Al-Qossam juga tidak memakai ranjang. Bisa menampung sekitar 10 orang.

Kasur-kasur di kamar Fisah memang belum ditata. Sehingga ia tidur apa adanya. Berhubungan ia sangat lelah. Juga, bukan ia yang mendapat piket menata kasur pada hari itu. Ia terbangun karena Kak Shomim membangunkannya dan akan menata kasur. 

Dua hari berlalu..

Mereka yang masih dalam keadaan haid mulai galau. Mereka ingin segera selesai dari haidnya. Karena, ada target. Jadi, sebelum pulang, setiap anak harus menyelesaikan minimal dua kali khatam tilawah selama Ramadhan. Tapi, kalau dia mendapat haid saat Ramadhan lebih dari lima hari, ia harus menyelesaikan minimal satu kali khatam saja. Kalau ada yang belum mencapai targetnya sebelum pulang, maka terpaksa ia harus menetap di ma’had sampai tilawahnya selesai.

Untungnya, Fisah telah selesai dari haidnya. Itu berarti, ia harus tilawah 2 kali khatam sebelum pulang. Ah.. Itu hal yang mudah. Insya Allah…

Masalahnya, ia juga mempersiapkan hafalannya untuk tasmi’ juz 1 sampai 10 sekali duduk. Juga, ujian kamus santri jilid 1 yang sudah dihafalnya. Ia ingin, ketika pulang, telah bebas dari segala beban pelajaran di ma’had. Liburan nanti, waktunya bersenang-senang. Istirahat. Refreshing. Begitu pikirnya.

Hari-hari berlalu.

Fisah terus memuraja’ah hafalan 10 juznya. Tak lupa, tilawah juga. Sekaligus persiapan ujian tahfidz akhir semester. Itu membuatnya agak sulit mengatur jadwal. Sudahlah. 

Ia meminta kesetujuan dari Ustadzahnya untuk mentasmi’ kan 10 juznya saat Ramadhan. Juga mengajukan diri untuk ujian kamus. Ustadzahnya menyetujui tasmi’ itu. Lewat beberapa hari, ia bersama Aya, temannya, melaksanakan ujian kamus secara tulis bersama.

Beberapa hari sebelum tasmi’, Ustadzah mengetes hafalan Fisah terlebih dahulu. Usai tes, Ustadzah merestui tasmi’ 10 juznya. Walau agak sedikit tersendat ketika tes. 

Hari itu datang.

Fisah memulai tasmi’ nya setelah shubuh. Dengan penyimak Kak Lifa dan Shobrina. Keduanya menyimak dari juz 1-5. Dan, juz 5 baru berakhir sekitar jam 9 pagi. Dilanjut juz 6-10 yang disimak oleh Kak Ayu dan Kak Zaima. Namun, takdir berkata lain. Fisah harus menghentikan tasmi’ nya di juz 6. Ya. Ia gagal di tasmi’ kali ini.

Awalnya, ia tak bisa menerima keputusan Ustadzah ini. Dan ia menelepon Ibunya untuk meminta motivasi. Setelah peneleponan, alhamdulillah, ia sudah mulai tenang. Diusapnya sisa air mata. Ini jalan awal. Masih ada kesempatan. Ustadzah menyuruhnya untuk fokus mempersiapkan ujian akhir. Baru kemudian, persiapan tasmi’ lagi. Tak masalah.

Dengan ceria Fisah berlari ke dapur. Hari ini, jadwal kelompok masaknya yang menyiapkan takjil. Sekarang, hatinya sudah lega. Anehnya, perasaannya berubah begitu cepat. Bahkan dalam satu hari. Tadinya ia menangis sesenggukan dan berniat mengisolasi diri. Tiba-tiba saja, setelah satu jam, ia kembali ceria. Bahkan melawak saat memasak -seperti biasanya.

Kemarin, Fisah mendapat undangan bukber  angkatannya. Hari ini, Ashghor 1 bukber. Dan… Di hari-hari setelahnya, makin banyak acara bukber. Pernah satu kali, ada muhsinin yang memberi mereka nasi goreng sebagai ifthor. Se-pondok mendapatkannya. Porsi nasi goreng setiap orang begitu banyak sehingga ada yang menyimpan nnasi gorengnya untuk sahur di esok hari.

Hari-hari berjalan begitu menyenangkan. Dan tak terasa, pekan ujian tahfidz pun tiba.

Hari ujian.

Fisah maju untuk mengujikan tahfidznya pada Ustadzah Fidiya. Alhamdulillah berjalan lancar. Ini ujian tahfidz pertama baginya. Juz yang diuji adalah juz yang sudah ia hafal pada semester itu. Yaitu juz 1-10 dan juz 30.

Ujian usai. Ia bersama Ustadzah pengujinya bersama-sama membaca doa kafaratul majlis. Ia berpamitan untuk kembali ke kamar. 

Sesampainya di kamar, Fisah mengganti pakaiannya dan mengambil bantal. Menuju balkon yang menghadap ke sawah, dan merebahkan diri disana. Ia memang lebih suka tidur di balkon yang terbuka daripada di kamarnya yang sangat tertutup. Rasanya, lebih sejuk. Memandang sawah sebelum tidur cukup untuk mengistirahatkan pikiran.

15 Ramadhan.

Akhirnya… Hari yang ditunggu-tunggu. 14 Ramadhan, ada tausiyah perpulangan di pagi hari oleh Ustadz Abdurahim Sarjuman. Dilanjut pembagian hadiah dari Ustadzah Sari untuk mereka yang paling banyak mendapatkan khatam tilawah di angkatannya. Dan pastinya, tugas liburan. Yaitu membuat snack dan menghafal hadits ‘arbain minimal setengahnya.

Adzan Maghrib berkumandang. Dan, sudah masuk 15 Ramadhan. Esok, para tholibat akan pulang ke rumah. Liburan. Semua bersuka cita. Setelah kemarin agak berduka karena ada perpindahan kamar dan perubahan usroh atau kelompok kekeluargaan. Walau hanya sedikit yang berganti usroh, tapi tentu. Perpisahan mana yang tidak menyedihkan?

Selepas sholat Isya’, mereka berkumpul di musholla. Untuk melakukan kegiatan rutin sebelum pulang liburan Ramadhan. Yaitu Tashafah alias bermaafan. Beberapa ustadzah yang bisa hadir di musholla ikut dalam acara ini. Suasana musholla begitu riuh dengan tangis dan celoteh kasih sayang untuk teman. Semua saling mendoakan. Saling memaafkan. Lupakan segala khilaf dan luka. Agar lega hati sebelum pulang.

Selesai Tashafah, semua kembali ke kamar masing-masing. Ada yang melanjutkan packing barang-barang yang belum selesai. Ada yang menikmati udara malam. Fisah melihat bulan purnama dari balkon. Ia merasa begitu bahagia. Spontan saja, ia melakukan hobinya. Kira-kira… Seperti ini :

Hanya ilustrasi pemirsaaah… Hehehe…

Tak lama, melintas dua burung hantu dengan lengkingannya yang parau. Siluet mereka menambah indahnya pemandangan malam itu.

Esok paginya.

Para tholibat kembali ke rumah masing-masing. Berlibur bersama keluarganya. Tapi ada beberapa yang tidak pulang pada hari itu. Mereka pulang di hari lain. Pulang telat gampangnya. Setelah shubuh, piket membersihkan ma’had dimulai. Penjemputan dimulai pukul 7 pagi. Tapi sebelum jam tujuh saja sudah banyak yang dijemput oleh keluarganya. Fisah sendiri dijemput sekitar pukul 9 pagi. Ia bertemu dengan keluarganya dan capcus ke Kota Malang, Jawa Timur.

Nah… Begitulah kisah anak PPISF Putri selama Ramadhan di pondok tahun 2022 ini. Sekian dariku dan Sayunara Wada’ an… Bye bye… Hasta quedarse.. Kalana kadar… Da.. Da…. Hehe..

Jepang,        Arab,          Inggris,       Spanyol,                Turki,                 Indo.

 

 

~Dragon Azul  (BlueDragon)

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *