Pulang ~Tere Liye

Langsung saja, kali ini aku mau ceritakan sekilas tentang buku tulisan Bang Tere Liye ini.

Buku ini bercerita tentang seorang laki-laki bernama Bujang (di bukunya sih namanya gitu), dan itu bukan nama aslinya. Orang-orang menjulukinya sebagai “Si Babi Hutan”. Julukan yang cukup mengerikan.

Bujang tinggal di talang -sebuah desa yang hanya berisi dua atau tiga puluh rumah panggung dan letak antar rumah berjauhan. Dipisahkan oleh kebun atau halaman. Talang yang berada di pedalaman Sumatra. Bujang merupakan anak tunggal dari Bapak dan Mamak.

Ceritanya bermula ketika ia ikut dalam perburuan babi hutan saat usianya baru lima belas tahun. Bersama dengan teman dari Samad (Bapak), yaitu Tauke Besar (oleh Samad dipanggil sebagai Tauke Muda), ia berangkat bersama tim ayahnya itu untuk memburu babi hutan yang sering menyerbu ladang. Awalnya, Mamak (Ibu dari Bujang) sedikit menahan Bujang untuk ikut dalam perburuan itu. Tapi akhirnya diperbolehkan tapi dengan syarat ia hanya boleh menonton. Bujang hanya boleh menonton perburuan dan tak boleh ikut-ikutan menyerang.

Ketika perburuan, hujan turun dengan derasnya. Satu persatu babi hutan tumbang karena tembakan para pemburu. Tapi ketika semakin jauh masuk ke dalam hutan, babi hutan sebesar sapi menghadang para pemburu. Kali ini mereka kewalahan menyerang babi raksasa itu. Saat itulah Bujang lupa pesan Mamak. Ia tak bisa menahan diri untuk ikut menyerang babi itu. Dan akhirnya, tombak yang ia bawa berhasil menumbangkan si babi raksasa. Dan pada malam itu, ia tak lagi memiliki rasa takut. Rasa takut seolah diambil dari dadanya.

Selanjutnya ia memutuskan untuk tinggal di kota bersama Tauke Besar. Oh ya, Tauke Besar adalah sebutan untuk pemimpin Keluarga Tong. Kali ini ia tinggal di bangunan bagus yang penuh dengan sistem keamanan rahasia. Tinggal di kamar yang luas dan nyaman. Bertemu dengan teman-teman satu bangunan. Bujang juga diangkat sebagai anak oleh Tauke.

Sebelum melepaskan Bujang pergi bersama Tauke, Mamak berpesan agar Bujang menjaga perutnya dari hal-hal yang haram. Ini adalah cara Mamak untuk menjaga anaknya. Juga agar Bujang tidak mudah melupakan Ibunya.

Kota, berbagai kejadian dilalui Bujang. Di sanalah ia ‘akhirnya’ bersekolah. Melalui pertarungan demi pertarungan. Ikut latihan untuk menjadi tukang pukul bersama Kopong, memainkan pistol bersama Salonga dari Tondo, sampai berlatih menjadi seorang samurai bersama Guru Bushi di Jepang.

Bujang sering terlibat dalam pertarungan. Dalam penyerbuan di Grand Lisabon di Makau misalnya. Bersama timnya, yang ia sebut “tim yang saling melengkapi” -terdiri dari Bujang, White si mantan marinir yang kini menjadi seorang koki, Yuki dan Kiko yang merupakan ninja kembar. Mrk juga cucu dari Guru Bushi. Misinya adalah mengambil sebuah alat yang dicuri oleh Keluarga Lin dari Keluarga Tong. Mereka berhasil lepas dari serangan para tukang pukul dan terbang dengan helikopter Bujang. Edwin adalah teman Bujang dalam mengendalikan helikopter itu.

Satu ketika, tetangga kamarnya, Basyir, melakukan sebuah pengkhianatan. Rupanya, ia menyimpan dendam pada Tauke. Sehingga meletuslah pertarungan sengit di markas Keluarga Tong. Tauke Besar yang saat itu terbujur lemah di ranjangnya karena suatu penyakit pun terkepung. Bersama Bujang, Joni, dan Parwez. Mereka dikepung oleh Basyir yang ternyata bersekongkol dengan Putra tertua Keluarga Lin. Mau tidak mau, Tauke yang sakit ikut menyerang. Walau dari atas ranjang. 

Setelah pertarungan panjang, Joni gugur. Ketika sudah berada pada titik terdesak, Tauke membuka sebuah lorong rahasia. Sehingga Tauke, Bujang, dan Parwez yang sedari tadi gemetar ketakutan selamat. Mereka melewati lorong yang gelap. Tauke yang sudah sakit-sakitan digendong oleh Bujang-yang sebenarnya juga terluka, dan Parwez menerangi jalan dengan ponselnya. Rupanya, lorong itu berujung di sebuah halaman rumput seorang teman dari Tauke. 

Orang itu biasa dipanggil Tuanku Imam. Ia mengobati Bujang. Juga menyediakan tempat istirahat bagi Bujang dan Parwez. Ketika Bujang menanyakan keadaan ayah angkatnya, dengan berduka cita Tuanku Imam mengatakan bahwa Tauke tidak tertolong, walau Tuanku Imam dan beberapa muridnya sudah berusaha maksimal untuk mengobatinya. Parwez dan Bujang begitu terpukul. Dan pada saat itulah, rasa takut kembali merasuk ke dada Bujang. 

Tuanku Imam yang ternyata merupakan kakak tertua dari Mamak terus menyemangati Bujang. Membantunya mengatasi rasa takut yang ia dapatkan. Menyemangati Bujang agar kembali merebut kekuasaan keluarga Tong. Pada akhirnya, Bujang mulai menyusun timnya. Bersiap untuk kembali menyerang Basyir yang kini berada di gedung tempat Parwez bekerja. Kali ini, ia membawa pasukan.

Bagaimana kelanjutan dari cerita ini? Langsung saja baca ceritanya…. Buku ini cukup menarik bagiku. Oh ya, buku ini masih ada lanjutannya lho. 

Mohon koreksi dan apresiasinya yaw…. Karena tulisan ini masih banyak kurangnya. Alangkah baiknya kalau ada yang mengoreksi. Dan… Jangan lupa supportnya juga…

Ya.. Sekian ringkasan novel ‘Pulang’ dari Tere Liye versiku…. Semoga bikin kalian jadi tumbuh semangat membacanya, dan seperti biasa,

Wassalam, Dragon Azul.

2 thoughts on “Pulang ~Tere Liye

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *