Club Furusiyah (Banaat Squad)

Pertandingan Kecil-kecilan (Prolog)

“Lomba panahan?.. “.

Ahiko mengerutkan dahi mendengar pengumuman dari kakak satu clubnya. Di pondok, ia mengikuti ekstrakulikuler Furusiyah (memanah dan berkuda). Santriwati yang mengikuti ekskul ini sesungguhnya tergabung dalam Club Furusiyah di pondok Masafa.

“Ya… Jadi kita buat hadiah. Nanti hadiah yang kita buat itu jadi hadiah buat pemenang… Hadiah seadanya aja. Nggak usah mahal-mahal.. Kasih aja hadiah. Walau cuma sebatang polpen.. ” jelas Kak Rain.

Ahiko hanya ber-oh dan mengangguk. Memeluk guling erat-erat. Bersiap untuk tidur.

“Eh, Kak. Lombanya hari Kamis sore, kan? ” tanya Ahiko memastikan.

“Insya Allah..” balas Kak Rain singkat.

Ahiko kembali memeluk guling. Memejamkan mata. Menikmati tidur siang hari ini.

#####

Ahiko mengikuti ekskul ini atas keinginannya. Ekskul lainnya -di pondok itu- adalah merajut dan menjahit, berenang, dan memasak. Melihat bakatnya yang butuh untuk dikembangkan adalah bakat memanah dan berkudanya, Ahiko memilih ekskul itu. Ketika pertemuan pertama, ia mendapati dirinya adalah anggota termuda di club tersebut.

“Ya sudahlah. Tak apa. Tak ada yang meremehkanku juga…” gumamnya.

Sekilas info, sejatinya Furusiyah adalah ilmu persiapan perang. Tapi tak salah jika ada muslimah yang mempelajarinya. Dengan tujuan ; menyehatkan tubuh, dan sebagainya. Di club ini, mereka memang belajar memanah dan berkuda. Tapi mereka tidak mempelajari Horseback Archery, alias berkuda sambil memanah.

“Tidak diperbolehkan bagi muslimah untuk berkuda sambil memanah. Karena ditakutkan akan menumbuhkan sifat laki-laki (tomboi) di diri sang muslimah jika ia mempelajarinya. ” jelas Ustadzah Fanni di suatu hari.

Ustadzah Fanni lah yang mengajari mereka. Beliau bersama suaminya bertanggung jawab atas semua kegiatan di Club Furusiyah.

Semua anggota Club Furusiyah, diwajibkan untuk memiliki satu set peralatan panah. Minimal busur, anak panah, dan quiver (kantong anak panah). Ahiko punya semua peralatan itu. Di hari yang telah ditentukan, Ayahnya mengirim peralatan tersebut kepadanya.

Seiring berjalannya waktu, anggota Club Furusiyah berkurang. Ada yang mengundurkan diri dan memilih kelas ekskul yang lain. Hingga terbit pengumuman bahwa anggota Club Furusiyah tidak boleh ada satupun yang mengundurkan diri. Kecuali karena suatu udzur yang bisa diterima.

Hingga hari ini, Club Furusiyah (Banaat Squad) tersisa 15 anggota yang memutuskan untuk tetap melanjutkan pelajaran Furusiyah.

#####

Kembali ke lomba panahan.

Hari kamis datang. Semua anggota Club Furusiyah telah banyak berlatih untuk perlombaan. Ternyata, lomba sore itu dibatalkan.

“Diganti Sabtu sore, Insya Allah… ” kata Kak Rain. Mengabari Ahiko.

Ahiko bernafas lega. Sejatinya, ia sudah bersiap untuk lomba panahan. Namun setelah mendengar kabar tersebut, ia memutuskan untuk latihan. Sore itu, ia lebih serius berlatih. Gadis 13 tahun itu tidak berharap besar untuk menjadi pemenang. Setidaknya, anak panah yang ia tembakkan mengenai sasaran. Semua anak panah harus masuk lingkaran!

#####

Sabtu sore.

Sehabis sholat Ashar, Ahiko sudah bersiap. Memakai seragam hijau dan kerudung kaos. Menyeleksi anak panah yang akan ia gunakan. Kemudian memasukkan 8 anak panah ke dalam quiver. Memasang tali busurnya. Memastikan semua peralatan yang ia gunakan dalam keadaan bagus dan baik.

Dengan riang, ia berjalan menuju lapangan panahan. Beberapa teman dan kakak angkatannya mendoakan keberhasilan untuknya dan teman-teman Furusiyahnya.

Sesampainya di lapangan, Ahiko menggantungkan panah dan quivernya di suatu pohon. Tak lupa, ia membawa hadiah yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari untuk sang pemenang.

Semuanya sudah berkumpul. Namun Ustadzah Fanni belum datang juga. Beberapa santriwati memutuskan untuk makan sore. Sembari menunggu Ustadzah datang. Ada pula yang memilih untuk berlatih. Ahiko memutuskan untuk makan. Baru saja ia duduk untuk menyantap makanannya, Ustadzah Fanni datang. Akhirnya, Ahiko dan beberapa teman Furusiyahnya yang sedang makan, segera beranjak. Yang belum selesai makan, terpaksa berhenti makan dan menyimpan makanan yang belum mereka habiskan itu.

15 anggota Club Furusiyah segera berbaris untuk pemanasan. Usai pemanasan, mereka segera mengambil undian urutan maju. Ahiko mendapat nomor urut 4. Cara bertandingnya, 6 anak panah ditembakkan dalam waktu kurang lebih 1 menit. Yang memahami pengihtungan skor hanya Ustadzah Fanni dan Ustadzah Hanifa.

Sekilas info, sasaran mereka adalah sebuah karung berisi dakron yang digantung. Di karung itu, sudah ada gambar lingkaran merah dan di tengahnya ada titik berwarna hitam. Tujuan dipilihnya dakron sebagai isian adalah agar pencabutan anak panah lebih mudah.

Pertandingan pertama, antar dua orang. Misal, yang mendapat urutan pertama bertanding dengan pemilik urutan kedua. Begitu seterusnya. Ahiko bertanding dengan Kak Halime. Ia katakan pada lawannya agar tidak menganggap dirinya sebagai musuh. Anggap saja mereka hanya berlatih bersama.

Sesi pertama selesai.

Ustadzah Hanifa membantu Ustadzah Fanni untuk menghitung skor dan menyeleksi anggota yang akan naik ke babak semi final. Setelah istirahat beberapa saat, Ustadzah Hanifa mengumumkan siapa saja yang masuk ke babak semi final. Dan Ahiko, naik ke babak itu. Karena ia berhasil meraih skor ; 4. Siapa saja yang skornya 4 ke atas, naik ke babak ini.

Di babak semi final, Ahiko bertanding dengan Kak Haura’. Hasilnya, mereka berdua seri. Akhirnya, di babak final, keduanya bertanding lagi.

Akhirnya, perlombaan kecil-kecilan ini berakhir. Ustadzah Fanni dan Ustadzah Hanifa menentukan para pemenang dan menyiapkan hadiah untuk pemenang. Hadiah untuk pemenang, sejatinya adalah pemberian dari ustadzah dan semua anggota Club Furusiyah (Banaat Squad).

Di perlombaan ini, terpilih lima pemenang. Juara 5, Kak Haura’. Dari sana, Ahiko bisa menebak bahwa dirinya tak akan mungkin menjadi pemenang. Krn ketika babak final, Ahiko melihat Kak Haura’ jauh lebih baik bidikannya daripada bidikan Ahiko.

Kak Haura’ menerima hadiahnya. Sorakan “Barakallah!” terdengar dari kumpulan penonton dan ‘peserta lomba’. Setelah bersalaman dengan Ustadzah Fanni, Kak Haura’ kembali ke kumpulan peserta.

“Juara 4, Ahiko… ” kata Ustadzah Hanifa datar -seperti biasa.

Ahiko terperanjat. Seperti salah tingkah. Teman-temannya bersorak “Barakallah!” untuknya. Ustadzah Fanni juga mengucapkan selamat. Ahiko maju. Menerima hadiah, bersalaman dengan Ustadzah Fanni dan Ustadzah Hanifa, kemudian mundur.

Juara 3 adalah Kak Rain, juara 2 Kak Mayya, dan juara 1 Hira. Ahiko ikut mengucapkan selamat kepada mereka. Ia melihat hadiah yang ia ‘sumbangkan’, dibawa oleh Kak Mayya. Ahiko tersenyum melihat Kak Mayya menebak-nebak siapa yang menulis ucapan di hadiah yang ia dapat.

Acara itu selesai. Ustadzah Fanni mengakhiri acara dan berpamitan untuk pulang. Kemudian, mereka bersalaman dengan Ustadzah Fanni sebelum beliau pergi.

Ahiko kembali ke kamar. Ia memberi ucapan selamat kepada Kak Haura’ dan Kak Rain -keduanya adalah kakak sekamarnya. Kak Haura’ dan Kak Rain juga mengucapkan selamat kepadanya. Begitu juga seluruh penghuni kamar tsb. Mengucapkan selamat kepada mereka bertiga.

Temannya, Ayomi, menghampirinya. Merangkulnya. Tidak sabaran, Ayomi membuka hadiah Ahiko. Yang ternyata berisi makanan ringan. Dan sebuah ucapan selamat. Ayomi mengucapkan selamat kpd Ahiko. Keduanya kembali mengingat masa lalu. Ketika keduanya bersama-sama belajar memanah di halaman belakang sekolah. Sekilas info, Ahiko dan Ayomi sudah berteman sejak dulu. Tepatnya saat keduanya sama-sama bersekolah di suatu Kuttab di Kota M.

Hari mulai malam. Malam itu, Ahiko semakin bersemangat untuk mempelajari sunnah Rasul. Terutama furusiyah. Hari itu, setidaknya ia mendapat juara di lomba panahan kecil-kecilan tadi. Ia berpikir, apakah ia bisa mendapat juara di olahraga renang dan berkuda? Ia berniat untuk meraih juara di dua olahraga itu. Jika suatu saat, pondoknya mengadakan lomba olahraga untuk itu. Kesempatan.

Begitulah. Acara sore itu membuat Ahiko bersemangat. Bersemangat untuk melejitkan potensinya. Dan tak lagi ragu untuk mencoba hal-hal baru.

Bersambung….

NB : Cerita ini diangkat dari kisah nyata yang dialami penulis. Dimohon kritik, koreksi, dan sarannya di komen…

~Dragon Azul

 

One thought on “Club Furusiyah (Banaat Squad)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *