Tahura KGPAA Mangkunagoro.
Nama sebuah tempat yang tak akan dilupakan oleh santriwati Salman.
Tempat yang menjadi saksi bisu akan kisah indah anak pondok.
Sejak awal kaki mereka menginjak tempat tersebut, angin gunung berhembus pelan. Menciptakan rasa sejuk yang menenangkan.
Hutan… Sesuai namanya. Tahura alias Taman Hutan Raya. Tempat ini memang hutan. Dengan sedikit campur tangan manusia untuk melestarikannya. Di dalam sana, entah apa yang disembunyikan. Hmm… Hutan memang penuh misteri.
Pohon pinus dan cemara tumbuh menjulang. Seolah berlomba siapa yang tertinggi. Tanaman paku ikut meramaikan rerumputan di hutan tsb.
Para santriwati terkagum-kagum akan keindahan ciptaanNya di hutan ini. Tempat yang sempurna untuk tadabbur alam. Plus healing. Kebanyakan jalan di hutan ini adalah jalan setapak. Atau sekedar jalan motor. Malah terkadang, jalan itu tak terlihat. Ada jalan utama yang memang merupakan jalur untuk truk, mobil, dsb.
Tepat ketika para santriwati berkemah di salah satu camp ground, di sisi lain, para TNI juga sedang berlatih di tempat yang lumayan jauh dari camp mereka. Namun suara tembakan mereka ketika berlatih terdengar sampai camp mereka. Luar biasa..
Para santriwati ‘berhura-hura’ di tempat itu. Tempat yang nyaman membuat mereka merasa betah. Sedikit istirahat dari hidup di pinggir jalan besar antar provinsi. Tak ada polusi. Dan kerikan jangkrik menjadi teman tidur. Langit malam berhias bintang gemintang. Berbagai rasi tampak jelas. Para thaalibat alias santriwati Salman suka sekali memandangi langit malam. Menebak-nebak rasi apa saja yang tampak.
“Mukhoyyam Alfain Itsnain wa ‘Isyriin!“
“Bil qur’ an wa bil quwwah, nu’ lii raayatal Islam!”
“Allahu Akbar!”
“ALLAHU AKBAR!”
Gema takbir menggaung ke dalam hutan. Para thaalibat tersenyum bangga. Jalan para pejuang memang indah.
Dari alam, dan dari Mukhoyyam 2022, para santriwati Salman belajar. Betapa indahnya dunia jika dihiasi dengan ketauhidan. Dari camping tsb, mrk belajar. Bahwa para pejuang di jalan Allah itu tak pernah rugi. Mereka selalu jaya. Darah dan keringat fisabilillah yang mereka banggakan.
Jalan para pejuang memang indah. Semangat membara dengan takbir membahana. Dan harumnya kemenangan Islam dihiasi kibaran dua bendera tauhid, Ar-Rayah dan Al-Liwa’.
Allah… Jauh sekali derajat dan perjuangan kami dari para sahabat Rasul. Dari para pejuang dakwah yang mengorbakan harta dan nyawanya untuk din ini. Dan, kami, tholibaat Salman Al-Farisi Karangpandan, Karang Anyar, sedang dalam perjalanan untuk menjadi seperti mereka.
Ya Allah… Bantu kami untuk istiqomah di jalan Mu. Ikhlas tanpa keluh. Terus berjuang untuk islam ini. Ya Allah, saksikanlah!
NB : Diangkat dari kisah penulis pribadi bersama teman-temannya.
~Dragon Azul