Begitulah julukan untuk beliau. Seorang pemanah ulung yang telah melemparkan anak panahnya di jalan Allah. Membela RasulNya. Ia ksatria tangguh. Tapi tetap rendah hati. Itu sebabnya ia dijuluki “singa yang menyembunyikan kukunya”. Kerendahan hatinya berpadu dengan keberaniannya di medan perang yang bagai singa.
Rasulullah mengatakan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash, adalah pamannya. Ya. Sang singa adalah Sa’ad bin Abi Waqqash. Ialah yang terpilih untuk menjadi komandan dalam perang Qadisiyah melawan Persia. Walau saat itu kondisi beliau dalam keadaan sakit. Tapi sahabat mulia ini tetap mengomando pasukannya. Walau dari atas sebuah ranjang miring.
Salah satu dari Assabiqunal Awwalun. Beliau melihat bagaimana Islam ini terus menyebar dan semakin kuat. Melihat penyiksaan Kafir Quraisy atas saudara seimannya. Keislamannya membuat Ibunya mogok makan dan minum. Dengan tujuan agar Sa’ad kembali ke agama nenek moyang. Tapi Sa’ad tetap kukuh. Ia bahkan mengatakan, kalau misalnya Sang Ibu punya seratus nyawa, dan nyawa itu satu persatu meninggalkan jasad Sang Ibu, maka tak sekalipun Sa’ad akan meninggalkan Islam.
Pemanah ulung, yang didoakan Rasulullah. Dua senjatanya, yakni panah dan doa, tak terkalahkan. Doanya menembus langit. Langsung diijabah. Lemparan anak panahnya tepat sasaran.
Sa’ad selalu ingin dekat dengan Rasulullah. Di akhir hayatnya, beliau meminta agar dikafani dengan baju yang beliau pakai saat Perang Badar.
Masya Allah.. Betapa indahnya hidup beliau. Berjuang demi Islam. Membela Allah dan RasulNya. Hingga mendapat kemuliaan di sisi Allah. Beliau pun mulia pula di mata manusia.
Ya Allah, bantulah kami untuk meneladani hamba-hambaMu yang sholih…
~Dragon Azul
NB : Sekilas nulis saja. Barang kali jadi bahan renungan:)… Maaf terlalu pendek. Semoga bemanfaat.
maasyalah, ana nge fans sama sahabat saad >< hehhehe kalau anti tetap thariq bin ziyad ? 😀
Maa zal