Ya Ummah…
Kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kurang lebih artinya adalah, “wahai Ibunda…”.
Ya… Disini aku bahasannya nggak sesuai hadits Rasul nih. Bahas ayah dulu baru ibu. Hehehe..
Disini, aku bermaksud biar kalian nggak bosan. Soalnya pembahasan tentang ibu kan udah buanyak. Hehehe…
Oke oke. Masuk ke bahasan.
Mungkin kalian sudah tahu bagaimana kedudukan ibu dalam sebuah hadits yang sudah sangat masyhur. Dimana disana, Ibu disebut tiga kali sebelum ayah.
Kita sendiri pasti sudah tahu, banyak syair dan lagu yang menyanjung ibu. Ni aku cheklist beberapa lagu tentang ibu yang sering aku denger ; Number One For Me (Maher Zain), My Mother How Much I Love Her (Muhammad Al-Muqit), Lughatul ‘Alam (Humood Al-Khudher), dan… Masih banyak lagi. Kalau yang bahasa Indonesia aku kurang tahu…
Aku benar-benar heran dengan anak-anak yang tak mau menemani ibunya ketika sang ibu beranjak tua. Padahal Ibunya telah mengandungnya selama kurang lebih 9 bulan. Kemudian melahirkannya, kemudian menyapihnya. Dan merawatnya sampai ia dewasa. Tapi ketika ibunya telah tua, ia tak mau merawat ibunya. Entah karena alasan apa ia ‘terserang amnesia’ yang membuatnya melupakan suka duka ibunya ketika membesarkannya. Semoga kita tidak termasuk ke dalam anak-anak yang mencampakkan ibunya..
Terkadang, kamu berbeda pendapat dengan ibumu. Ketika kamu beranjak remaja, sudah tentu kamu memiliki pendapat sendiri. Dimana kamu ingin agar pendapatmu dihargai oleh orang lain. Termasuk kedua orang tuamu. Aku sendiri, tak jarang bersilang pendapat dengan ibuku. Jika kamu ingin ibumu atau ayahmu memahami keinginanmu, bicaralah baik-baik. Jangan membentak atau mengangkat suara #nasihat untuk diri sendiri.
########
Kita flash back lagi. Seperti biasa.
Ku teringat kenapa Al-Qa’qa’ bin ‘Amr tidak bisa mengikuti haji wada’. Itu dikarenakan ia harus merawat ibunya yang sakit…..
######
Lihatlah bagaimana Sa’d bin Abi Waqqash. Ketika ia memeluk Islam, dan ibunya mengetahui hal itu, ibunya bersumpah untuk tidak makan dan minum kecuali jika anaknya itu murtad. Sa’d bin Abi Waqqash memaksa ibunya untuk membatalkan sumpah itu. Tapi apalah daya. Sang Ibu benar-benar melaksanakan sumpahnya. Sa’d bin Abi Waqqash tetap teguh dengan keimanannya. Ia terus membujuk Ibunya untuk makan dan minum.
Tak bosan Sa’d membujuk ibunya untuk makan dan minum. Namun ia pun tetap dengan keislamannya. Dan akhirnya, suatu hari, ibunya pun luluh. Dan mau makan dan minum.
Walau tetap dengan keyakinannya, Sa’d bin Abi Waqqash tetap menaruh rasa kasihan pada Ibunya. Ia tak mau ibunya meninggal karena menyiksa dirinya sendiri!
#######
‘Abdullah bin Az-Zubair, ketika wajahnya telah terjerambab di tanah karena serangan, ia tersenyum.
“Wahai Ibu, seolah saat ini engkau berada di sisiku…” gumamnya.
Dari kejauhan, Asma’ binti Abu Bakar -ibu dari ‘Abdullah bin Az-Zubair-, seolah mendengar gumaman anaknya itu. Dan ia melihat dengan mata kepalanya sendiri. Ketika anak tercintanya, disalib oleh Al-Hajjaj. Tatapan matanya yang tajam, menandakan ketabahan yang luar biasa.
Asma’ selalu mendoakan putranya itu…..
#######
Abu Hurairah, menangis menghampiri Rasulullah. Mengadu bahwa ia sudah berusaha untuk mendakwahi ibunya. Namun Ibunya belum juga terbuka hatinya. Rasulullah pun berdoa untuk ibunya.
Dan, kejutan bagi Abu Hurairah!
Ketika ia pulang ke rumahnya, ia mendengar guyuran air dari dalam rumah. Abu Hurairah hendak masuk. Kemudian, ia dengar suara lembut ibunya. Menyuruhnya untuk menunggu di depan pintu. Tak lama kemudian, ibu Abu Hurairah keluar dengan memakai pakaian tertutup. Melafalkan dua kalimat syahadat.
Abu Hurairah tersenyum lebar. Kebahagiaannya adalah ketika ia bisa melihat ibunya masuk Islam. Selamat dari api neraka….
#####
Cukup flash back-nya. Kita kembali ke masa sekarang.
Lalu, apa yang sudah kita berikan agar ibu kita tersenyum?
~Dragon Azul
Jazaakillahukhoir Sayang… Love you 😭
Maasyaallah……. Bagus sekalii, bisa buat pengingat untuk selalu berbakti kepada orang tua…….. Jazaakillahu khoiron, semangat yaaa!!!!
okey