Siang yang terik.
Pertempuran Yarmuk, 15 H.
Pasukan Romawi dan pasukan Muslimin saling berhadapan. Melempar tatapan tajam.
Musuh Allah akan hancur hari ini!
Pekikan takbir membahana. Terompet ditiup. Tanda perang dimulai. Dua kubu maju. Saling menyerang. Semua sesuai rencana. Sebenarnya, ini pertempuran yang tak seimbang. Jumlah pasukan Romawi mencapai kurang lebih 450.000 pasukan. Sedangkan kaum muslimin saat itu hanya -kurang lebih- 36.000 pasukan.
Jangan pakai matematika manusia!
Diantara kaum muslimin, ada ksatria-ksatria yang mampu mengalahkan 1000 orang sendirian.
Kaum muslimin yang mengejar mati syahid, adalah singa-singa yang tak terkalahkan. Lihatlah, panglima mereka adalah pedang Allah, Khalid bin al-Walid!
Mereka bertekad untuk bertempur sampai titik darah penghabisan demi surga Nya. Mereka lah pasukan yang tidak takut mati. Para pejuang pembebas Syam.
Di tengah perang yang tengah berkecamuk, seorang prajurit kaum muslimin menghunuskan pedangnya. Memecahkan sarung pedang tersebut.
“Dulu, aku banyak memerangi Rasulullah. Tidak mungkin aku mundur dari pertempuran melawan Romawi hari ini!” gumamnya.
“Itu tidak akan pernah terjadi! TIDAK AKAN!” serunya seraya mengangkat pedangnya.
“Siapa yang akan berbaiat untuk mati?!” serunya. Disambut oleh 40 prajurit yang Muslim yang memiliki tekad yang sama.
Prajurit muslim yang berseru tadi benar-benar bersama tekadnya. Ia berperang dan terus maju. Bersama 40 rekannya. Romawi kewalahan menghadapi orang-orang berani mati ini. Akhirnya, Romawi berhasil dipukul mundur. Pertempuran berhenti.
Di sisi kaum Muslimin…
Tampak tiga orang tergeletak dengan luka-luka mereka. Salah satunya adalah orang yang berseru tadi. 70 luka yang didapatnya membuat tubuhnya melemah. Semua luka itu terdapat di bagian tubuh depan. Bukan belakang.
Salah satu dari tiga orang yang terluka itu meminta air. Namanya Harits bin Hisyam. Ketika didatangkan air untuk diminumnya, orang di sebelahnya merintih.
“Berikan air ini padanya” perintahnya pada pembawa air. Yang membawakan air segera melaksanakan perintah.
Itulah pejuang yang berseru tadi.
Ketika air disodorkan padanya, Ayyash bin Abi Rabi’ah yang berada di sampingnya merintih karena luka-lukanya. Ia memerintahkan agar air itu diserahkan pada Ayyash. Namun, takdir berkata lain.
Allah lebih menyayangi Ayyash. Allah telah memanggilnya. Menempatkannya di tempat yang jauh lebih baik dari tempat yang ditinggalkannya.
Si pembawa air bersedih. Segera ia membawa air itu kepada Harits. Namun, Allah telah memanggilnya. Dengan ber-istirja’, ia membawa air itu ke pejuang yang berseru tersebut. Dan… Ia pun telah pergi. Mendapatkan apa yang selama ini diidamkannya.
Pembawa air itu terduduk. Ya Allah…..
Mereka lebih mementingkan saudara seiman mereka walaupun dirinya sekarat….
Inilah tokoh kita. Pejuang yang berseru.
Siapa sangka, anak dari Fir’aun umat ini menjadi pejuang yang membela Islam dan bagian dari pembebas Syam dari cengkraman Romawi.
Ia yang benar-benar menghapus masa jahiliyahnya dengan cita-cita terbaik; mati syahid. Dan ia telah meraihnya…
Siapakah dia?
Ia lah ‘Ikrimah bin Abi Jahl.
Jangan lihat ayahnya atau masa lalunya yang kelam. Lihatlah dirinya yang merupakan pejuang Islam!
Walaupun dahulu ia keras memusuhi Rasulullah, masuk islamnya telah mengubah jalan hidupnya. Ia telah memilih jalan yang benar.
Sejarah akan terus mengulang-ulang kisah kepahlawanannya di Yarmuk. Sedang ia telah bersenang-senang di surga Nya….
Berbahagialah, pejuang pembebas Syam… Terbang lah di atas sana sekehendakmu, seperti namamu;
“‘Ikrimah bin Abi Jahl……”.
By : Dragon Azul
Dari berbagai sumber.