Sebelumnya…
Reiki dan Kenzo asyik bermain dengan warisan kedua orang tua mereka, Earchip. Mereka bisa menggunakannya untuk bermain game layaknya kacamata 4 dimensi. Juga melacak keadaan benda atau orang tertentu, atau melihat keaadan di luar. Ketika mereka menggunakan Earchip, mereka bisa saling berkomunikasi satu sama lain walau jarak mereka cukup jauh. Selain itu, mereka bisa menggunakan Earchip sebagai ‘komputer hologram’ yang muncul di hadapan mereka.
Di lain hari…
Seperti biasa, Kenzo kembali melanjutkan proyek Mashin di basement. Ia memakai sarung tangan dan memulai proyeknya. Dengan sangat teliti, ia melengkapi rangka-rangka ‘buaya emas’ nya. Robot buaya yang ia buat memiliki panjang kurang lebih 4 meter. Jika buaya itu menegakkan kaki-kakinya, tingginya mencapai kurang lebih 1,5 meter. Rencananya, Mashin akan seperti buaya pada umumnya; dapat berlari cepat di darat dan berenang dengan lincah di dalam air. Jika berhasil, ia akan menggunakannya untuk menyelamatkan korban tenggelam atau menenangkan kerusuhan.
Ketika sedang fokus-fokusnya, Reiki masuk ke basement.
“Kenzo! Kenzo!” teriak Reiki. Heboh.
Seketika fokus Kenzo terpecah. Ia mendesis marah.
“Bisa nggak sih kalo masuk tu dengan tenang aman damai, gitu?!” kata Kenzo sambil memelototi adiknya. Kesal.
“Iya iya… Maaf.. Habis, aku girang banget denger berita barusan…” kata Reiki sambil tersenyum kecil.
“Berita? Berita apaan?” tampaknya Kenzo tertarik. Muka garangnya mendadak hilang.
Reiki menyodorkan brosur yang dibawanya. Ia mendapatkan brosur itu dari mading perpustakaan. Sementara kakaknya membaca isi brosur, Reiki menejelaskannya.
“Bulan depan, tepatnya tanggal 10 nanti, adalah hari ulang tahun kota ini. Kau pasti tahu itu…”.
Kenzo masih asyik mencermati isi brosur.
“…Pada tanggal tersebut, akan diadakan kontes robot. Biasanya, kontes robot akan diadakan secara individu. Tapi kali ini, berbeda…”.
“.. Kontes ini akan diadakan secara berkelompok! ” seru Reiki dengan mata berbinar.
Baru saja Reiki tutup mulut, Kenzo meraih tangan adiknya itu dan meremasnya.
“Ya! Dan kita akan menjadi satu kelompok untuk mengikuti kontes tersebut!” seru Kenzo. Tak kalah heboh dari adiknya.
Tampak mata Reiki semakin berbinar. Namun tiba-tiba, raut wajahnya berubah. Menjadi murung. Kenzo menyadari perubahan emosi drastis pada adiknya. Ia pun mengubah posisi duduknya. Menatap lekat-lekat wajah Reiki.
“Ada apa? Kenapa murung? Aku salah bicara?” tanya Kenzo lembut.
Reiki mengangkat pandangannya. Ia menghembus nafas berat. Bersiap mengeluarkan segala hal yang mengusiknya.
“Itu dia… Aku… Tidak yakin…” ucap Reiki pelan.
Alis Kenzo langsung mengerucut ke tengah.
“…Teman-teman bilang, mana mungkin aku bisa mengikuti kontes itu? Aku saja belum membuat apapun. Berkhayal saja yang sudah banyak. Proyek? Bahkan rangka saja aku belum buat-“.
PLAK!
Tamparan keras mendarat di pipi kanan Reiki. Reiki tersentak. Ia memegangi pipi kanannya sambil menatap wajah kakaknya. Kenzo memasang wajah serius. Matanya menyipit.
“Terus? Kamu putus asa? Hanya karena apa yang dikatakan teman-temanmu?!” Kenzo meludah.
“Selemah itukah?!” bentaknya.
Reiki terdiam. Ia merenungi kata-kata kakaknya.
“Aku mengajakmu untuk ikut kontes itu. Buang jauh-jauh “apa kata orang”. Earchip warisan kedua orang tuamu itu harus kau gunakan sebaik-baiknya. Kau bisa menggunakannya untuk mewujudkan impianmu!” kata Kenzo sambil beranjak pergi. Meninggalkan Reiki.
Reiki mulai sadar. Kata-kata kakaknya benar-benar masuk ke hatinya. Tamparan itu, adalah sesuatu yang pertama kali membangkitkannya dari keterpurukan.
“Nah, untuk menguatkan dirimu, ayo kita belajar bela diri.” ajak Kenzo. Kemarahannya mulai mereda.
Reiki segera berdiri menyusul kakaknya. Waktunya masuk kelas bela diri.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Usai kelas bela diri, dua bersaudara itu langsung pergi ke basement. Reiki membawa bahan-bahan robot yang sudah sejak lama ia simpan. Sementara Kenzo melanjutkan proyek Mashin, Reiki memulai proyek Nozomi-nya. Sesekali Kenzo memberi arahan pada adiknya. Reiki banyak menggunakan Earchip sebagai alat bantu. Mereka fokus dengan proyek masing-masing. Hingga tak terasa, hari mulai gelap. Mashin hampir sempurna. Begitu juga dengan Nozomi. Rupanya, bakat Reiki yang tersembunyi akhirnya tampak. Ia dapat mengerjakan sesuatu dengan cepat. Sekalipun yang dikerjakannya adalah sesuatu yang rumit.
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Mereka memutuskan untuk beristirahat. Mereka akan melanjutkan proyek mereka di esok hari.
Setelah makan malam, Reiki langsung kembali ke ranjangnya dan menyerahkan pandangannya ke alam mimpi. Kenzo juga kembali ke ranjangnya. Sebelum tidur, ia mendaftarkan dirinya dan adiknya untuk ikut sebagai kontestan di kontes robot bulan depan.
“Semoga berhasil!” gumamnya sambil menarik selimut. Ia menyemangati dirinya sendiri.
~~~~~~~~~~~~
H-2 dari kontes robot.
Mashin sudah sempurna. Tinggal memberinya AI (kecerdasan buatan). Nozomi, sedikit lagi. Dan akhirnya, sempurnalah bentuk robot Nozomi itu. Dengan tinggi kurang lebih 6 meter, dan panjang kurang lebih 12 meter. Bentang sayapnya lebar.
“Selesai!” seru Reiki sambil mengusap peluh.
Kenzo mengamati Nozomi hasil buatan adiknya. Setelah semuanya sempurna, Kenzo mundur.
“Kerja bagus, Reiki.” pujinya.
Reiki tersenyum. Kemudian ia mengeluarkan chip AI dari sakunya. Ia menatap kakaknya. Keduanya saling menatap, tersenyum. Kemudian mengangguk bersamaan. Waktunya memasang chip AI!
Secara serentak, mereka memasukkan chip AI itu ke karya masing-masing. Ketika chip sempurna terpasang, Mashin dan Nozomi membuka kedua mata mereka. Kemudian bersuara. Kenzo dan Reiki bersorak senang dan saling tos (high five).
“Berhasil!”.
Mereka memanggil robot masing-masing. Memerintahkan mereka untuk mendekat. Mashin merespon panggilan Kenzo dengan baik. Begitu juga dengan Nozomi. Selanjutnya, mengecek kemampuan.
Mashin mampu menjalankan perintah dan memainkan kemampuannya. Ia dapat bersinar keemasan. Juga dapat bergerak cepat di darat maupun air. Sempurna.
Nozomi juga memahami dengan cepat perintah yang diberikan padanya. Juga lincah menggunakan kemampuannya. Robot itu dapat menyemburkan listrik biru dari mulutnya. Dapat juga menggunakan ekornya sebagai penangkal petir. Ia dapat terbang tinggi dengan kedua sayapnya. Sempurna.
Untuk pengisian daya, bisa diisi menggunakan charge yang biasa digunakan oleh robot lain pada umumnya. Atau, cukup memberi mereka minum air bersih.
“Untuk sementara, kalian tinggal di basement ini dulu, okey… Jangan kemana-mana!” perintah Reiki pada Nozomi dan Mashin.
“Rrrraaak!” seru dua hewan robot itu sambil mengangguk bersamaan.
Gemas, Reiki dan Kenzo membelai keras kepala ‘peliharaan robot’ masing-masing.
~~~~~~~~~~~~~
Hari H. Kontes robot.
Mr. Gin, pengasuh panti asuhan tempat tinggal Kenzo dan Reiki, hadir untuk menyaksikan kontes tsb. Didampingi saudara laki-lakinya, Zin. Ia memang sengaja hadir khusus untuk menyaksikan penampilan Kenzo dan Reiki.
Di sisi lain.
Kenzo dan Reiki mengambil undian di meja panitia. Mereka mendapat urutan maju nomor 10. Alias urutan terakhir. Selanjutnya, mereka mengabari panitia. Nama kelompok mereka adalah “Dreamer’s”. Itu adalah nama panti asuhan yang mereka tinggali.
Kelompok kontestan satu persatu maju setelah panitia menyebut nama kelompok. Penonton dibuat kagum oleh persembahan para kontestan. Tak terkecuali panitia, dan… Kontestan-kontestan yang sudah maupun belum tampil.
Dan akhirnya….
“… Kontestan terakhir….”.
“Tim Dreamer’s!” seru panitia.
Disahut dengan sorakan para penonton. Mr. Gin dan Zin tampak gelisah. Semoga mereka berhasil!
Mulailah Kenzo dan Reiki menunjukkan kemampuan robot masing-masing. Penonton terpesona dengan kehebatan robot ciptaan keduanya. Lewat beberapa menit, Kenzo dan Reiki selesai dari penampilan. Sebelum turun dari panggung, tim Dreamer’s menunduk hormat pada penonton serta berterima kasih.
Akhirnya.
Pengumuman pemenang.
Panitia tampak sibuk menghitung-hitung skor para kontestan. Para kontestan menunggu dengan harap-harap cemas. Ketika MC naik panggung, jantung mereka seolah berhenti berdetak. Saat-saat yang menentukan!
“Dan… Inilah! Pemenang kontes robot tahun ini!” seru MC.
Semua orang memasang pendengarannya.
“Tim yang menang akan mendapatkan lencana dan sertifikat perizinan ‘berkeliaran’ bagi robotnya…” MC memancing rasa penasaran penonton.
“…Siapakah yang beruntung?”.
“Ya! Selamat untuk tim Dreamer’s!!!” seruan MC disambut tepuk tangan meriah.
Mr. Gin menghembus nafas lega. Zin melompat-lompat kegirangan. Kenzo dan Reiki ber-tos penuh keberhasilan. Setelah diperintah, tim Dreamer’s naik ke panggung. Panitia menyematkan lencana di dada kiri mereka. Juga menyerahkan sertifikat untuk Reiki dan Kenzo. Mr. Gin dan Zin berfoto dengan anak asuh mereka. Kemudian, memeluk mereka. Bangga.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Satu waktu, Kenzo dan Reiki asyik bermain bersama robot peliharaan masing-masing.
“Reiki!” panggil Kenzo yang sedang berenang bersama Mashin.
Reiki yang sedang terbang bersama Nozomi mendengar panggilan itu. Segera ia mendarat ke samping kolam. Mendekati kakaknya.
“Kau lihat? Seandainya dulu kau putus asa duluan, kita tak akan pernah sampai ke titik ini…” kenang Kenzo.
Reiki tersenyum. Ia memandangi rumah sederhana yang menjadi tempat tinggalnya dan kakaknya. Mereka tak lagi tinggal di panti asuhan pinggir kota. Mereka punya rumah sendiri. Dengan kolam renang luas-tempat Kenzo dan Mashin menghabiskan waktu dengan hobi mereka alias berenang bareng, dan taman sederhana yang estetik. Walaupun terlihat sederhana, sebenarnya banyak teknologi canggih di tempat tinggal mereka. Hanya saja, tersembunyi. Mereka sendiri yang membuatnya!
Meskipun begitu, mereka tetap tekun belajar. Dan tak lupa, mengunjungi panti asuhan yang mereka tinggalkan 8 bulan silam.
Menjadi juara kontes robot tahunan bukanlah tujuan akhir. Bahkan, merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan. Itu sebabnya, mereka tetap tekun belajar. Mengejar mimpi mereka; menjadi ilmuwan berpengaruh.
END.
By : Dragon Azul