Berkah dari Belajar

Hei… Gimana kabarnya?

To the point aja ya.

Kita mulai dengan sebuah pertanyaan :

Apa tujuan kita menuntut ilmu?

Jawab sendiri-sendiri ya. Tapi aku yakin, kebanyakan pasti menjawab ; meraih cita-cita, membuat kedua orang tua bangga, bermanfaat untuk orang sekitar, dan beragam jawaban lainnya. 

Ya.. Jawaban semacam itu tidak salah. Itu tergantung kalian sendiri. Tapi yang akan kita bahas kali ini adalah sumber ilmu.

Yang harus menjadi tujuan kita ketika belajar adalah mendapat ilmu yang berkah. Nah, bagaimana cara mendapatkan ilmu yang berkah?

Salah satunya adalah dengan menghargai pemberi ilmu/sumber ilmu. Misalnya, buku. Walau tidak semua buku tertulis di dalamnya asma Allah atau ayat-ayat Qur’an, tapi kita tetap harus menghargainya ; jangan diinjak, jangan disobek, diletakkan di tempat yang layak, dan merawatnya baik-baik.

Sumber ilmu lainnya, adalah guru. Inilah pembahasan kita kali ini.

Berkali-kali kita mendapatkan pelajaran tentang keutamaan menuntut ilmu. Tapi, keutamaan memuliakan guru?

Percayalah. Kalau guru tidak ridho dengan ilmu yang kita pelajari, maka hilanglah keberkahan ilmu tsb. Lalu, apa gunanya belajar?

Berapa banyak murid atau wali dari si murid yang menghajar gurunya habis-habisan karena si murid kurang suka dengan sikap gurunya. Nah, inilah masalahnya. Masalah orang jaman now.

Apakah membully guru merupakan adab? Jangankan, membuat guru berubah raut muka jadi mode masam saja bisa jadi masalah besar -bagi mereka yang mencari keberkahan ilmu dari keridhoan gurunya.

Bagaimana mau sukses kalau guru saja kamu buat badmood?!

Ayo, kita merenung sejenak.

Sudahkah guru-guru ridho memberikan ilmunya kepada kita?

Apakah kita sudah memperhatikan adab-adab kita kepada guru?

Lihatlah para salafusshalih. Bagaimana  perjalanan mereka hingga menjadi orang yang terpandang karena ilmu mereka.

Ada dari salah satu ulama’ yang ketika di hadapan gurunya, sangat berhati-hati ketika membalik lembaran kertas. Jangan sampai Sang Guru terganggu dengan suara berisik kertas!

Sekarang, ia telah menjadi ulama’ terkenal.

Ada pula yang suatu kali gurunya dulu datang kepadanya untuk belajar kepadanya. Gurunya itu meminta agar ia diperlakukan seperti halnya murid-murid yang lain. Namun, tentu rasa hormatnya lah yang membuatnya tetap menghormati gurunya. Meskipun kini gurunya lah yang menjadi muridnya. 

Sekarang, pesantren yang didirikannya menjadi sebuah pesantren yang besar.

Kau ingin jadi orang yang terkenal? Disanjung?

Kuncinya ; Perhatikan adabmu kepada guru-gurumu. Buat mereka ridho dengan ilmu yang kamu pelajari darinya. Jangan lupakan jasa-jasa gurumu selama ini. Dari kamu berumur 3 tahun sampai saat ini. Sambunglah silaturahim dengan mereka. Minta maaf dan ridho dari mereka. 

Sekali lagi, apa tujuannya belajar kalau ilmu yang kau pelajari tidak berkah?!

Hormati gurumu! Itulah kunci kesuksesanmu!

Sekian. Semoga ini bisa menjadi renungan bagi kita semua. Termasuk aku.

 

~Dragon Azul

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *