“Niatku : taat pada perintah Allah, “Dan hendaklah kalian berjihad di jalanNya”.
Semangatku : Berupaya dengan kesungguhan, dalam melayani agamaku, agama Allah.
Tekadku : Aku akan tekuklututkan orang-orang kafir dengan tentaraku, tentara Allah.
Pikiranku : Terpusat pada pembebasan, atas kemenangan dan kejayaan, dengan kelembutan Allah.
Jihadku : Dengan jiwa dan harta dan apa yang tersisa di dunia setelah ketaatan pada perintah Allah.
Kerinduanku : Perang dan perang, ratusan ribu kali untuk mendapatkan ridho Allah.
Harapanku : Pertolongan dan kemenangan dari Allah, dan ketinggian negara ini atas musuh-musuh Allah.”
Sebuah syair yang ia gubah sendiri. Di umurnya yang masih belia.
Dengan lantang dan tanpa ragu, ia bertekad di umurnya yang baru 13 tahun,
“Aku ingin taklukkan Konstantinopel!”.
Konstantinopel? Kota yang tegak angkuh tak terkalahkan selama berabad-abad?
Ia tahu, tantangan yang ia hadapi adalah sebuah kota agung dengan tembok tebal berlapis, tambahkan posisi strategis, yaitu dikelilingi perairan hampir dari segala sisi.
Kenapa ia ingin menaklukkan kota legendaris itu?
Bukan, bukan karena ia ingin kekuasaan. Tapi, ia ingin pahala yang besar. Ia hanya mengharap ridho Allah! Bukan yang lain.
Ia ingin mewujudkan janji Rasulullah.
Ia bertekad. Bermimpi besar!
Waktu mudanya ia habiskan untuk mewujudkan mimpinya itu. Tak ada kosakata gabut atau kuker. Semuanya ia gunakan untuk menyiapkan penaklukkan.
Umur 19 tahun, ia sudah menjadi gubernur. Nasehat para ulama tak pernah ia abaikan. Ia tahu, ulama adalah sebaik-baik pemberi nasehat dan pendapat.
Umur 20 tahun, jabatan sultan Utsmani jatuh ke tangannya. Menggantikan ayahanda yang telah tiada. Kesempatan terbuka semakin lebar. Rencana-rencana tentang penaklukan sebentar lagi akan menjadi kenyataan!
Ia persiapkan semua yang terbaik untuk penaklukan Konstantinopel ini. Prajurit terbaik, senjata terbaik, dan lain sebagainya.
Tidak ada kosakata “abal-abal”, “yang penting jadi”, atau semacamnya. Ia merencanakan dengan sebaik-baiknya. Ia kerahkan segala tenaga dan pikirannya untuk itu.
Ketika pasukannya berangkat di awal musim semi, saat itulah kisah terindah ditulis.
Derap langkah kuda yang diiringi seruan penuh semangat. Derap langkah kaki para Ghazi yang diiringi senandung brigade Mehter. Pasukan terbaik telah bergerak. Siap guncangkan dunia.
Sampainya mereka di depan benteng kokoh itu, merupakan awal dari mimpi buruk bagi para penyembah Yesus. Awal dari segera terwujudnya janji Rasulullah, terwujudnya mimpi Osman, pendiri Dinasti Utsmani.
Dua bulan pengepungan dan penyerangan. Dentum meriam, pekikan takbir, senandung Mehter, ringkikan kuda, bersatu di medan laga. Lautan bergolak dan menyala. Teluk Tanduk Emas saksikan para mujahid yang gigih. Jatuh bangunnya para Ghazi.
Hingga akhirnya, tanggal 29 Mei 1453, hari ketika bendera yang dikibar Hasan Ulubat berdiri tegak di tembok Konstantinopel. Kota megah itu takluk juga akhirnya.
“KOTA TELAH TAKLUK!! KOTA TELAH TAKLUK!! KONSTANTINOPEL TAKLUK!!”
“ALLAHU AKBAR!”.
Di waktu dhuha yang berkah itu, janji Rasulullah terwujud.
“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin (penaklukkan) nya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan (yang dipimpinnya) nya”.
Siapakah sebaik-baik pemimpin itu? Seorang pemuda! Umurnya 21 tahun!
Namun, lihatlah.
Ia masuk ke gerbang kota itu dengan penuh rasa haru. Tak malu ia tersungkur sujud di hadapan Rabbnya ketika berdiri di hadapannya Hagia Sophia yang menjadi ikon kota.
Aura penaklukan dipenuhi tangisan haru dan senyum bangga. Sultan Muda itu tak membiarkan orang-orang non muslim bersedih. Ia ingin mereka juga bahagia. Ia lindungi mereka, penuhi kebutuhannya. Tidak diancam, disiksa, diusir, apalagi dibunuh. Ia ingin senyuman terlukis di wajah anak-anak mereka, wanita-wanita mereka, lansia-lansia mereka….
Karena ia bukanlah pembantai seperti pasukan Salib yang menjajah Al-Quds.
Begitulah Islam mengajarkan.
Penaklukan Konstantinopel, bukanlah titik akhir bagi anak muda itu. Ini baru permulaan! Banyak negeri lain yang menunggu untuk ditebarkan Islam di tanahnya.
Ialah inspirasi bagi dunia.
Hei, para pemuda! Buka mata selebar-lebarnya!
Pemuda ini telah taklukkan kota megah yang tak terkalahkan selama berabad-abad. Ia tak takut bermimpi besar sejak kecil. Tekadnya sudah bulat. Aku ingin wujudkan janji Rasulullah!
Ingat, waktu muda adalah waktu emas dalam hidup manusia. Apa yang sudah kita lakukan di masa-masa terbaik itu?
Jangan sia-siakan! Bermimpilah! Bulatkan tekadmu! Jangan jadi pemuda luntang-luntung dan tak punya tujuan hidup yang jelas begitu!
~Dragon Azul
Maasyaallah, menginspirasi bangeet… Jazaakillahu khoiron, jadi termotivasi kembali…
wa iyyaki