Tadabbur

Ada apa dengan tadabur?

Day 1

Sebelum itu, mari kita sedikit mengenal apa itu tadabur.

Tadabbur -secara bahasa- adalah perenungan menyeluruh yang menyampaikan kepada maksud perkataan dan tujuan-tujuan yang jauh.

Secara istilah, adalah perenungan mendalam mengenai makna dan maksud dari ayat-ayat al-Qur’an. 

Kurang lebih begitu.

Sekarang ini, banyak sekali orang yang punya hafalan 30 juz. Mutqin. Tapi, karakternya jauh dari apa yang sudah dihafalnya itu. Mengapa? Bisa jadi karena tidak adanya tadabur ketika ia membaca untaian firmanNya yang mulia.

Terus? Buat apa baca Qur’an? Garing nggak sih rasanya, klo baca Qur’an tapi nggak ‘menghayati’?

Astaghfirullah.. Jangan sampai kita menjadi orang yang lalai. Yang membaca Qur’an tanpa mengerti maksud di balik apa yang dibacanya. 

Orang lalai itu, adalah orang yang punya segala panca indra (pendengaran, penglihatan, dll), tapi panca indra itu tidak ia gunakan untuk menyelamatkan dirinya dari api neraka.

Di dunia ini, cuma ada tiga macam manusia ; Mukmin, kafir, atau munafik.

Nah, kita termasuk macam yang mana?

Semoga Allah ampuni dosa-dosa kita dan memasukkan kita ke golongan yang terbaik.

Oke, kembali ke tadabur.

Orang yang ketika membaca Qur’an itu menyertakan tadabur, punya beberapa tanda :

1. Hati dan pikirannya bersatu ketika sedang membaca Qur’an. Bukan cuma mulutnya saja yang bergerak, tapi juga hati dan pikirannya. Merenenungkan ayat-ayatNya.

2.Menangis karena takut kpd Allah. Misalnya, menangis ketika membaca ayat-ayat mengenai hari akhir, hari hisab, atau adzab neraka.

3.Bertambahnya rasa khusyuk.

4.Bertambahnya keimanan.

5.Merasa senang dan bergembira ketika membaca al-Qur’an. Ya… Semacam ketagihan kalo baca Qur’an gitu…

6.Rasa takut dan berharap (al-khauf dan ar-raja’) disertai rasa tenang. 

Kira-kira, apakah pernah salah satu dari tanda-tanda itu muncul pada diri kita ketika kita tengah membaca al-Qur’an?

Nah, sebelum kita ‘mendapa’ tanda-tanda tersebut, ada beberapa kunci untuk sampai ke level tadabur ini. Apa saja itu? Cekidot!

Pertama, adalah dengan adanya rasa cinta kepada Al-Qur’an. Selalu mengingatnya, dan rindu jika sekali saja tidak berkomunikasi dengannya.

Kedua, dengan menghadirkan tujuan ketika membaca al-Qur’an. Tujuan membaca al-Qur’an secara umum terkumpul dalam kata “TSUMMA SYA’A’A“. Mari kita uraikan satu persatu;

TSU ; atau huruf “tsa'” dalam abjad hijaiyah, maksudnya adalah “tsawab“, atau pahala.

MMA ; maksudnya adalah “munaajah” atau berharap dan “mas’alah” alias meminta.

SYA ; atau “syin” dalam abjad hijaiyah, maksudnya adalah “syifa” atau obat. Baca Qur’an dengan tadabur itu bisa jadi obat buat penyakit hati sampai insomnia, lho…

‘A ; atau huruf “‘ain” di abjad hijaiyah, artinya “‘ilm” atau ilmu. Baca Qur’an, mendalami, dapat ilmu tambahan! Percaya deh.

‘A ; “‘a” yang kedua berarti “‘amal” atau beramal. Jangan cuma baca, amalkan juga!

Day 2

Ketiga, yaitu hendaknya seseorang menjadikan Al-Qur’an itu sebagai hafalan. Karena, akan berbeda rasanya membaca Al-Qur’an dengan tilawah saja dengan membaca Al-Qur’an dengan hafalan. Mudahnya, orang yang hafal Qur’an akan lebih betah bersama Al-Qur’an. Apalagi yang hafalannya mutqin. Betul atau betul…? 🙂

Perbedaan lafadz di Al-Qur’an, meskipun akar katanya sama, mengacu pada perbedaan makna. Itu adalah salah satu kaidah penting dalam Ushulut Tafsir.

Seperti perbedaan kata “Nazzala” dengan “Anzala”. Sekilas artinya sama, yaitu “menurunkan”. Akar katanya pun sama, yaitu “Nazala”.Tapi berbeda maknanya dalam Al-Qur’an.

Kita bisa mencapai tingkat tadabbur, salah satunya adalah dengan mengulang-ulang ayat-ayatnya.

                                                                                                                                     وَلَـقَدۡ اٰتَيۡنٰكَ سَبۡعًا مِّنَ الۡمَـثَانِىۡ وَالۡـقُرۡاٰنَ الۡعَظِيۡمَ
Dan sungguh, Kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung.
Al-Hijr:87.
Itu sebabnya ayat-ayat Al-Qur’an diulang-ulang, agar mengena di hati kita.
Dan para penghafal Qur’an itu sering mengulang-ulang hafalannya. Sehingga ia lebih ‘kenal’ dengan Qur’an itu serta mengetahui rahasia-rahasianya. Membuatnya lebih menghayati bacaannya.
Nah, juga disarankan agar kita hafal Al-Qur’an. Karena orang-orang yang hafal Al-Qur’an -apalagi hafalannya mutqin- itu lah yang paling sering bergetar ketika membaca ayat-ayat Nya. Dan hanya para ulama’ yang merasakan sensasi bergetar itu. Seperti yang disebutkan dalam surat Fathir. Hanya para ulama’ lah yang menghadirkan rasa khasyyah dalam dirinya ketika membaca Al-Qur’an. Dan kebanyakan para ulama’ itu hafal Al-Qur’an.
Hati kita pun bagaikan wadah. Apa yang mendominasi hati kita adalah yang zat paling kuat yang ada dalam wadah tersebut. Jika yang mendominasi isi wadah itu adalah air yang kotor, maka wadah itu pun akan kotor juga. Namun bila diisi dengan air yang jernih, maka wadah itu bersih. Air putih itu, kita ibaratkan sebagai Al-Qur’an.
Nah, bagaimana ketika kita sudah mengisi wadah itu dengan air jernih, namun kita masukkan juga air lain? Misalnya minyak atau sebagainya?
Maka air jernih itu akan bertarung dengan air lain tadi. Jika air lain itu ternyata lebih banyak dari air jernih, maka ia akan mendominasi pertarungan dan menguasai wadah. Nah, bayangkan jika air lain itu adalah hal-hal yang membuat Al-Qur’an jauh dari kita. Sehingga hati ini menjadi hati yang kotor oleh hal-hal yang membuat kita tidak dapat menikmati tadabbur. Na’udzubillah…
Day 3
Keempat, mendirikan sholat malam dengan membaca Al-Qur’an.
Banyak sekali kesinambungan Al-Qur’an dengan sholat malam. Seperti yang tercantum dalam Al-Muzammil ayat 1-5. Dimana disana, Allah menyandingkan sholat malam dengan tilawah Al-Qur’an. Juga kebiasaan Rasulullah ketika sholat shubuh membaca 60 sampai 100 ayat. 
Salah satu kunci sukses adalah membiasakan sholat malam dengan membaca hafalan Qur’annya dalam sholat itu. Lebih bagus lagi kalau bisa diistiqomahkan. Akan ada bonus hafalan mutqin pula bagi yang mengamalkan amalan ini.
Dan ini menjadi sarana mentadabburi Qur’an yang baik. Malam juga yang tenang juga mendukung hal tersebut.
Tilawah Al-Qur’an memang tidak bisa jauh-jauh dari sholat. Kalau mau sholatnya berkualitas, maka bacalah Qur’an itu dalam sholat. Nanti efeknya adalah dijauhkan dari kemungkaran dan perbuatan keji. 

Nah, itu sedikit dari rangkuman pelajaranku dengan salah satu ustadzku di pondok via Zoom. Semoga bermanfaat!

~Dragon Azul

 

                                                                             

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *