Luka

Kalian lihat sepotong adegan di gambar?

Yap, sebuah adegan menyedihkan. Ketika seseorang ditinggal pergi oleh sahabatnya sejak kecil. Pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Adegan itu aku dapatkan dari komik Al-Fatih vs Vlad Dracula #3 “Cahaya”. Karya Handri Satria dan Sayf Muhammad Isa.

Disana, diceritakan bahwa Mehmet (Muhammad II Al-Fatih) mulai kehilangan orang-orang yang ia sayangi satu persatu. Bertahun-tahun yang lalu, saat ia masih kecil, ia kehilangan kedua kakaknya. Kemudian, ketika ia tengah menjabat sebagai gubernur Amasya, ia mendapat kabar wafatnya Sang Ayah, Sultan Murad II. Setelah ia naik tahta, Konstantinopel takluk. Misinya tak berhenti disitu. Usai penaklukkan, ia mendapat tantangan dari seseorang yang pernah bermajelis dengannya, Vlad III Dracula -atau juga dikenal dengan Vlad III Tepes. Ketika tengah dalam misi mengejar Dracula, pernah ia masuk ke jebakan Dracula; sebuah serangan mendadak. Kaum Muslimin behasil mengantisipasi serangan tersebut. Namun, Mehmet harus kehilangan salah satu sahabatnya sekaligus wazirnya, Zaghanos Pasha; ia meninggal dengan terhormat sebagai syahid.

Memang banyak versi dari kisah pertempuran antara Mehmet dengan Dracula ini. Tapi kita tidak akan membahas versi ceritanya satu persatu. Kita akan ambil hikmah dari sepotongĀ sceneĀ menyedihkan tadi.

Lihatlah. Mehmet memang bersedih. Kehilangan orang yang ia cintai. Namun, apakah ia kemudian berhenti? Mundur dari pertempuran?

Kalau itu yang terjadi, mungkin nama Mehmet II akan kita dengar kalah melawan Dracula.

Kawan, luka memang menyakitkan. Kehilangan yang tersayang, dipermalukan, kalah berkali-kali, dan sebagainya.

Rasanya, kita sangat lemah. Kehilangan kepercayaan diri. Memang. Luka mana yang tidak membuat lemah? Rasa sakit tak terperi, membuat diri ingin lari dari segala hiruk pikuk dunia ini.

Lalu, apakah luka itu terobati?

Kau tahu, kau harus merasakan perih agar luka itu sembuh. Untuk bangkit, kau harus menahan rasa sakit yang sangat.

Memang menyakitkan. Tapi, apa kamu mau luka itu semakin memburuk dan membuatmu semakin kesakitan? Atau yang paling buruk, mati?

Buat apa meratapi? Tidak ada gunanya. Luka itu tidak sembuh. Malah semakin memburuk.

Aku dan kamu, mungkin punya banyak luka di masa lalu. Sesekali, ada sesuatu yang membuat luka itu terkoyak. Kembali berdarah.

Ketika mendengar suatu lagu yang mengingatkan kita akan suatu luka di masa lalu, ingin rasanya menutup telinga rapat-rapat. Agar luka itu tidak kembali berdarah.

Hei, sadarlah. Ketika kau berbuat seperti itu, kau sebenarnya tengah menyiksa dirimu sendiri. Kau akan terus dihantui oleh masa lalu menyakitkan itu. Sesuatu yang menurut orang lain biasa saja, serasa seperti pekikan yang memekakkan telinga. Membangkitkan makhluk hitam mengerikan yang disebut masa lalu.

Sudahlah. Jangan menyiksa diri. Tidak semua masa lalu itu menyakitkan. Tidak semua luka itu parah. Yakinlah, kau mampu untuk pulih..

Hanya itu yang dapat membuatmu melupakan segala luka yang menyakitkan itu. Istirahat sejenak untuk memulihkan diri, bagus! Artinya, kamu yakin kalau kamu akan sembuh.

Jangan ratapi luka itu. Yang harus kau lakukan adalah bangkit. Jangan diam ketika kau terluka. Karena kamu akan menjadi sasaran empuk bagi pemangsa.

Semua orang pernah terluka. Termasuk aku. Namun, berkat pertolongan Allah dan rahmatNya, aku bangkit. Mungkin sesekali luka itu kambuh. Namun, bukan suatu alasan untuk berhenti. Bebatkan perban, kemudian melangkah lagi. Jangan sampai luka kecil itu menghentikanmu dari meraih mimpi-mimpi.

 

~Dragon Azul

 

One thought on “Luka

  1. MasyaAllah keren banget ceritanya…
    Simple, gak panjang, tapi langsung ngena ke tujuan. Gak bakalan bosen baca kalo’ ceritanya dibungkus dengan bentuk yang seperti ini. Bahasanya ringan sehingga gampang untuk dimengerti. Sukses slalu untuk “dragon azul” jangan pernah berhenti untuk berkarya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *